Selain itu, kurs ringgit Malaysia yang melemah terhadap mata uang utama lain juga membuat daya tarik CPO meningkat di mata pelaku pasar.
Pada perdagangan Rabu ini pukul 10:15 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Agustus menguat hingga 1,16% ke level MYR 2.090/ton. Penguatan harga juga terjadi setelah meroket 2,02% satu hari sebelumnya.
Namun demikian, harga CPO sebenarnya masih rendah, bahkan tercatat melemah 1,46% sejak awal tahun 2019.
Pelaku pasar saat ini masih menaruh harapan pada peningkatan permintaan ekspor sawit dari Malaysia dan Indonesia, sebagai produsen utama dunia.
Pasalnya berdasarkan pantauan tiga surveyor kargo (Intertek Testing Services, Societe Generale de Surveillance, dan Amspec Agri Malaysia), ekspor minyak sawit Negeri Jiran periode 1-25 Mei 2019 naik pada kisaran 8,3%-15,6% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya.
Sementara di Indonesia, pemerintah menetapkan pajak ekspor produk sawit sebesar 0% alias gratis. Harapannya permintaan global bisa meningkat akibat harga yang kompetitif.
Kabar peningkatan ekspor memang menjadi hal yang selalu ditunggu oleh pelaku pasar. Pasalnya produksi sawit terus naik sehingga satu-satunya yang dapat membuat stok CPO berkurang adalah permintaan yang meningkat.
Inventori minyak sawit yang masih tinggi merupakan faktor utama yang membuat harga CPO mendapat tekanan kuat. Pada akhir tahun 2018, inventori minyak sawit Malaysia melonjak hingga 3,21 juta ton atau tertinggi dalam 19 tahun terakhir.
Pada April 2019 pun stok masin sebesar 2,7 juta ton, atau lebih tinggi 28% dibanding posisi April tahun sebelumnya.
Foto: Kelapa sawit (REUTERS/Lai Seng Sin)
|
Bila stok bisa dikurangi, maka keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) dapat menjadi lebih baik dan menjadi landasan bagi penguatan harga. Tapi apabila pada pengumuman resmi Malaysia Palm Oil Board (MPOB) bulan depan stok ternyata malah naik, harga CPO kemungkinan besar akan kembali mengarah ke bawah.
Selain itu, harga CPO juga mendapat tarikan ke atas dari harga minyak kedelai yang menguat.
Selasa kemarin, harga minyak kedelai kontrak pengiriman Juli di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) menguat hingga 1,04%. Pun hari ini harganya juga melesat hingga 1,43%.
Minyak kedelai yang menjadi substitusi minyak sawit memang seringkali saling memberi pengaruh pada pergerakan harga. Itu karena keduanya bersaing di pasar minyak nabati global.
Saat harga minyak kedelai menguat, maka sawit juga punya ruang untuk menyesuaikan harga dengan tetap mempertahankan daya saing.
Ringgit yang melemah juga membuat investor makin tertarik untuk mengoleksi sawit. Kemarin, ringgit tercatat melemah 0,04% terhadap dolar. Hari ini pun 1 US$ masih dihargai MYR 4,19 atau melemah 0,18%. Karena ditransaksikan dengan ringgit, harga CPO menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/tas)http://bit.ly/2I2yMEY
May 29, 2019 at 06:14PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Banjir Sentimen Positif, Harga CPO Meroket"
Post a Comment