
Adapun defisit itu terjadi karena nilai impor yang lebih tinggi dari ekspor. Ekspor tercatat hanya US$ 12,6 miliar atau turun 13,1% year on year. Sedangkan impor mencapai US$ 15,10 miliar atau turun 6,58%.
Kepala BPS Suhariyanto menyebut penurunan ekspor juga terjadi secara kumulatif pada Januari-April 2019, ekspor sebesar US$53,2 juta atau turun sebesar 9,39% dibandingkan Januari-April 2018.
"Kalau kita lihat pergerakan per negara bahwa ekspor kita selama Januari-April ke China turun dan ke AS juga turun dan ke Jepang dan ke 10 negara utama," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Menurutnya, tantangan global seperti perang dagang menjadi penyebab ekspor turun secara kumulatif. Apalagi saat ini tensi perang dagang semakin memanas dan harus menjadi perhatian pemerintah.
"Itu yang membuat buat total ekspor Januari-April kita turun, karena tantangan perdagangan global yg semakin sulit," jelasnya.
Sedangkan provinsi pengekspor Indonesia posisinya masih tidak berubah. Posisi pertama masih dipegang oleh Jawa Barat, kemdian disusul oleh Jawa Timur dan Kalimantan Timur.
"Menurut provinsi ekspor tak banyak berubah masih dominan di Jabar untuk ekspor kendaraan dan Jatim untuk ekspor dan CPO. Kita harapkan provinsi lain juga bisa tingkatkan ekspornya."
Berikut Abstraksi Ekspor :
- Nilai ekspor Indonesia April 2019 mencapai US$12,60 miliar atau menurun 10,80 persen dibanding ekspor Maret 2019. Demikian juga jika dibanding April 2018 menurun 13,10 persen.
- Ekspor nonmigas April 2019 mencapai US$11,86 miliar, turun 8,68 persen dibanding Maret 2019. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas April 2018, turun 10,98 persen.
- Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-April 2019 mencapai US$53,20 miliar atau menurun 9,39 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$48,98 miliar atau menurun 8,54 persen.
- Penurunan terbesar ekspor nonmigas April 2019 terhadap Maret 2019 terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$339,2 juta (54,28 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada karet dan barang dari karet sebesar US$72,4 juta (15,10 persen).
- Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-April 2019 turun 7,83 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya turun 12,26 persen sedangkan ekspor hasil pertanian turun 3,29 persen.
- Ekspor nonmigas April 2019 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$2,04 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,38 miliar dan Jepang US$1,05 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 37,65 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,16 miliar.
- Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-April 2019 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$9,69 miliar (18,22 persen), diikuti Jawa Timur US$6,14 miliar (11,53 persen) dan Kalimantan Timur US$5,55 miliar (10,43 persen).
(dru)
http://bit.ly/2YByTyb
May 15, 2019 at 08:12PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ekspor RI ke China dan AS Makin Loyo, Akibat Trade War?"
Post a Comment