Hingga pukul 11.28 WIB, saham berkode BUMI tersebut diperdagangkan pada level Rp 116/unit saham atau menguat 1,75%. Volume transaksi mencapai 56 juta unit senilai Rp 6,5 miliar.
Kinerja dari emiten sebagian besar sahamnya dikuasai publik tersebut sepanjang tahun ini masih tercatat positif, yakni dengan mencatatkan kenaikan 13,5%.
Meski positif, kinerja keuangan kuartal I-2019 kurang begitu menggembirakan. Total pendapatan turun 24,5% menjadi $US 234.158 juta dari sebelumnya $US 310.473 juta. Laba bersihnya pun tergerus 43% dari $US 94.260 juta di kuartal I-2018, menjadi $US 53.264 juta pada kuartal I-2019.
Melihat kinerja keuangan tersebut, investor asing masih cenderung melepas saham dari emiten tersebut. Asing tercatat membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp 524 miliar sejak awal tahun di pasar reguler.
Dalam tiga bulan terakhir, kinerja saham perusahaan pun terkoreksi 24%. Hal ini di tambah dengan tren penurunan harga batu bara di tingkat global yang sedang dalam keadaan tertekan karena perlambatan ekonomi.
Harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Mei di bursa Intercontinental Exchange (ICE) dalam sepekan turun 0,54% secara point -to-point. Pada perdagangan Jumat (24/5/2019) pekan lalu, harga batu bara masih di tutup melemah sebesar 0,12% di posisi US$ 83,65/metrik ton. (yam/hps)
http://bit.ly/2Ml5HKa
May 27, 2019 at 06:52PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Batu Bara Anjlok, Saham BUMI Masih Betah di Level Cepek"
Post a Comment