
Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian, Muhdori menjelaskan, pertumbuhan tinggi ini terutama disebabkan adanya investasi yang cukup besar di sektor hulu, khususnya produsen rayon.
Ini terlihat dari beroperasinya pabrik PT Asia Pacific Rayon (APR) di Riau pada akhir tahun lalu, dengan investasi Rp 11 triliun. Pabrik ini menambah kapasitas produksi hingga 240 ribu ton/tahun, dengan setengahnya ditujukan bagi pasar ekspor.
"Itu yang menyebabkan peningkatan dari sisi ekspor. Selain itu, suplai dari hulu yang meningkat juga mendorong kinerja ke industri hilir dan antara sehingga secara kumulatif industrinya semakin bergairah. Ini ditandai dengan ekspor TPT [tekstil dan produk tekstil] yang naik 1,1% di kuartal I tahun ini," kata Muhdori, seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (12/5/2019).
Kebijakan pengendalian impor yang dilakukan pemerintah sejak Februari 2017 juga berdampak positif terhadap penurunan impor TPT yang mencapai 2,1% di kuartal I tahun ini.
"Penurunan impor juga berdampak pada surplus neraca perdagangan yang ikut naik," imbuhnya.
Selain itu, peningkatan produktivitas industri TPT juga didorong berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasi serta adanya momentum pemilu beberapa waktu lalu, yang dimanfaatkan sebagian pelaku industri TPT untuk memproduksi atribut kampanye.
"Kami meyakini konsumsi TPT akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perubahan gaya hidup. Pelaku industri TPT nasional harus bekerja keras meningkatkan produktivitas, kualitas dan efisiensi melalui penerapan teknologi yang lebih modern sesuai dengan era digital," jelas Muhdori.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) di kuartal I 2019 naik 4,45% yoy. Kenaikan ini ditopang oleh produksi sektor industri pakaian jadi yang meroket hingga 29,19% karena melimpahnya permintaan, terutama dari pasar ekspor.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, industri TPT nasional mampu kompetitif di pasar global karena berdaya saing tinggi. Hal ini didorong oleh struktur industrinya yang sudah terintegrasi dari hulu hingga hilir dan produk tekstil RI juga dikenal sangat berkualitas di pasar internasional.
"Dengan pertumbuhan ekonomi dan pergeseran permintaan dari pakaian sehari-hari (basic clothing) menjadi pakaian fungsional seperti baju olahraga, industri TPT nasional perlu membangun kemampuan produksi dan meningkatkan skala ekonomi agar dapat memenuhi permintaan di pasar domestik maupun ekspor," kata Airlangga.
Data Kemenperin menunjukkan, laju pertumbuhan industri TPT sepanjang tahun 2018 tercatat 8,73% atau mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17%.
Pada tahun lalu, industri TPT menjadi penghasil devisa yang cukup signifikan dengan nilai ekspor mencapai US$ 13,22 miliar, naik 5,55% yoy. Selain itu, industri TPT telah menyerap tenaga kerja mencapai 3,6 juta orang.
"Ini yang menjadikan industri TPT sebagai sektor padat karya dan berorientasi ekspor," imbuhnya.
[Gambas:Video CNBC] (gus)
http://bit.ly/2VYqZB1
May 12, 2019 at 10:58PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kuartal I-2019, Industri Tekstil Tumbuh Melesat 18,98%"
Post a Comment