
Rupiah bergerak senada-seirama dengan mata uang utama Asia. Sempat menguat, kemudian melemah, dan saat ini mampu memperbaiki nasib. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 12:08 WIB:
Kegalauan tengah melanda investor. Di satu sisi ada kekhawatiran karena perang dagang AS-China terus saja memanas. Perang tersebut tidak lagi 'hanya' berbalas pengenaan bea masuk, tetapi sudah merabat ke pembatasan gerak korporasi.
Pekan lalu, AS memasukkan Huawei (perusahaan teknologi asal China) ke daftar hitam. Washington melarang dunia usaha berbisnis dengan Huawei karena dianggap membahayakan keamanan dan kepentingan nasional.
"Coba Anda lihat apa yang mereka lakukan dari perspektif militer. Sangat berbahaya. Jadi kalau kita berhasil membuat kesepakatan (dengan China), saya membayangkan Huawei akan masuk di dalamnya," kata Presiden AS Donald Trump, mengutip Reuters.
"Perusahaan tersebut (Huawei) tidak hanya terkait dengan pemerintah China, tetapi juga Partai Komunis China. Dengan jaringan yang mereka miliki, informasi yang ada di AS berada dalam risiko," tambah Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, mengutip Reuters.
Panasnya hubungan AS-China membuat prospek damai dagang terasa begitu jauh. Rasanya perang dagang bisa berlangsung lama dan menyakitkan.
Perang dagang AS-China adalah risiko besar bagi perekonomian dunia. Arus perdagangan dan rantai pasok global akan terhambat sehingga bisa menurunkan ekspor dan investasi berbagai negara, termasuk Indonesia.
Dibayangi oleh risiko besar berupa perlambatan ekonomi global, investor pun enggan mengambil risiko. Arus modal terkonsentrasi di aset aman.
Namun ternyata aset aman itu sepertinya bukan dolar AS. Pada pukul 12:12 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) stagnan di 97,87. Artinya, permintaan terhadap mata uang Negeri Adidaya juga tidak banyak, biasa saja.
Sebab bagaimana pun perang dagang juga melukai perekonomian AS. Perkiraan angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur AS edisi Mei versi IHS Markit berada di 50,6, turun lumayan jauh dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 52,6. Angka 50,6 adalah yang terendah sejak September 2009.
"Pertumbuhan aktivitas bisnis melambat signifikan pada Maret karena perang dagang dan meningkatnya ketidakpastian. Situasi yang lebih buruk sangat mungkin terjadi ke depan, memaksa dunia usaha untuk mengencangkan ikat pinggang. Perang dagang menjadi perhatian utama dunia usaha," tegas Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit, dikutip dari siaran tertulis.
Jadi ke mana arus modal pergi? Sepertinya investor yang benar-benar khawatir memilih aset aman yang sebenarnya, yaitu emas. Pada pukul 12:20 WIB, harga emas dunia naik 0,07%.
Sepanjang perang dagang AS-China terus berlanjut, maka situasi seperti ini sangat mungkin terulang kembali. Sayangnya, kemungkinan perang ini bisa berlangsung panjang dan lama...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
http://bit.ly/2X30S9t
May 24, 2019 at 07:31PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perang Dagang Bikin Kacau, Rupiah Jadi Galau"
Post a Comment