
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, laba bersih perseroan tercatat naik 60,48% menjadi US$ 4,8 juta atau setara Rp 68,42 miliar (kurs Rp 14.245/US$). Pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih perseroan tercatat sebesar US$ 2,99 juta.
Pada periode tersebut, pendapatan perseroan melesat hingga 327,53% menjadi US$ 58,06 juta atau Rp 827,02 miliar. Pada periode yang sama 2018, pendapatan perseroan tercatat hanya US$ 13,58 juta atau Rp 193,44 miliar.
Dalam laporan keuangan perseroan dirinci, pendapatan dari penjualan amonia tercatat mencapai US$ 49,56 juta atau berkontribusi 85% terhadap seluruh pendapatan. Pada periode yang sama tahun lalu, penjualan amonia tercatat hanya US$ 4.656.
Sementara itu, beban pokok penjualan juga tercatat melesat tinggi hingga 610% menjadi US$ 42,51 juta dari US$ 5,98 juta. Beban pokok penjualan paling besar berasal dari bahan baku yang digunakan yang mencapai US$ 28,86 juta dari US$ 3,42 juta. Biaya pabrikasi juga naik menjadi US$ 13,65 juta dari US$ 1,3 juta.
Pabrik Amonia milik perseroan baru beroperasi pertengahan tahun lalu. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi mencapai 700.000 ton/tahun. Hingga akhir 2018 produksi perusahaan ditargetkan bisa naik 55.000 ton dari 250 ribu ton di akhir November lalu.
Untuk penjualan perusahaan bekerja sama dengan perusahaan asal Jepang untuk memasarkan hasil produksinya di Jepang dan Korea. Diperkirakan di 2019 nanti pasar ekspor akan diperlebar hingga ke Taiwan dan China.
Perusahaan ini saat ini menjalankan dua bisnis, yakni produsen ammonia dan LPG. Dua pabrik yang dimilikinya saat ini memiliki utilisasi yang lebih tinggi dibanding dengan kapasitas produksinya, jika ammonia 16% lebih tinggi, pabrik LPG lebih tinggi 14% dari utilisasinya. (hps/prm)
http://bit.ly/2H3f4sr
May 02, 2019 at 08:05PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sukses Produksi Amonia, Laba Q1-2019 Surya Esa Naik 60%"
Post a Comment