Pergerakan IHSG tersebut berlawanan dengan bursa utama yang menghijau. Hingga berita ini dimuat, Kospi Korea Selatan naik 0,42%, Hang Seng Hong Kong menguat 0,53%, Sensex India terangkat 0,36%. Bursa China masih diliburkan memperingati mayday.
Perdagangan saham siang ini berlangsung cukup ramai dengan mencatatkan transaksi Rp 5 triliun. Adapun investor asing cenderung lebih banyak membeli dibandingkan investor lokal yang cenderung melepas.
Asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 87 miliar di pasar reguler. Saham-saham yang banyak dikoleksi yakni: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syaria Tbk/BTPS (Rp 100,7 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 98,1 m), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 39,6 m), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 39,6 miliar), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 27 m).
Adapun sentimen dari dalam negeri yakni diumumkannya data Indeks Harga Konsumen (IHK atau dikenal pengumuman inflasi) oleh BPS. IHK bulan April mengalami kenaikan atau terjadi inflasi sebesar 0,44%. Sementara inflasi inti secara year on year masih terjaga di angka 2,83%.
Bahan makanan dan transportasi menjadi penyebab utama inflasi di bulan April. Suhariyanto menyebutkan, bahan makanan mencatatkan inflasi terbesar 1,45% dengan andil inflasi juga paling besar 0,31%.
Sejatinya, inflasi kita masih cukup terjaga karena masih dalam kategori normal di angka 2%-3%. Yang menjadi kekhawatiran pasar datang dari kebijakan The Fed yang tidak terlalu dovish maupun mengarah ke penurunan suku bunga, meski menahan suku bunganya (Fed Funds Rate/FFR) di kisaran 2,25%-2,5%.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Jerome Powell, Gubernur The Fed, dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Hal ini membuat indeks sektor keuangan merosot sangat dalam hingga 1,37%, yang mau tidak mau juga menyeret sektor properti juga dengan pelemahan 1,63% yang juga sensitif terhadap kebijakan suku bunga.
Beberapa sektor lainnya yang juga terkoreksi cukup dalam yakni industri dasar yang melemah 1,58% dan aneka industri turun 1,21%, serta perdagangan terkoreksi 0,97%.
Secara teknikal, IHSG sedang dalam tekanan seiring terbentuknya Pola lilin hitam (black candle) yang mengindikasikan penurunan.
Pada sesi II, IHSG berpotensi menipiskan pelemahan karena pelemahannya yang mulai melandai.
![]() |
Pergerakan IHSG diyakini cukup berfluktuatif, mengingat IHSG berada di posisi netral jika mengacu pada indikator teknikal stochastic slow yang mengukur tingkat kejenuhan pergerakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (yam/hps)
http://bit.ly/2Y4ENaL
May 02, 2019 at 08:08PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Khawatir Sikap The Fed, IHSG Sesi II Bisa Tipiskan Penurunan"
Post a Comment