
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan jika IHSG sudah mengalami koreksi lebih dari 2% maka bursa akan menghentikan perdagangan (suspensi) pada hari tersebut.
"Kalau sampai dalam banget ada crisis protocol ... di atas 2% kita anggap mulai hati-hati, 5% itu kita buat analisa, 7,5% kami lakukan Crisis Meeting Team (CMT), meeting sirkuit breaker baru stop trade," kata Laksono kepada CNBC Indonesia, Selasa (14/5).Hingga sesi I pada perdagangan Selasa ini (14/5/2019), IHSG terperangkap di zona merah setelah ditutup terperosok ke level 6.056,27 atau anjlok 1,29%. Kondisi ini disebabkan oleh adanya sentimen dari Amerika Serikat (AS) dan China yang terus berseteru perihal penetapan tarif dagang antara kedua negara.
Apakah IHSG pernah anjlok 2% atau lebih dalam sehari perdagangan? Pernah. CNBC Indonesia merangkum beberapa periode ketika IHSG jeblok.
25 Maret 2019
IHSG ditutup anjlok 114,02 poin atau 1,75% ke 6.411,25. Dari 533 saham, sebanyak 109 saham menguat, 315 terkoreksi, dan 109 stagnan.
Frekuensi perdagangan tercatat 480.110 kali dengan volume perdagangan 13,42 miliar saham dengan nilai transaksi harian mencapai Rp8,08 triliun. Sembilan sektor penggerak IHSG seluruhnya turun. Sektor konsumer memimpin pelemahan indeks setelah turun hampir 3%, diikuti sektor aneka industri 2,46% dan properti 1,75%. Investor asing mencatatkan net sell atau penjualan bersih Rp 191,61 miliar di seluruh pasar.
13 Agustus 2018
Pelemahan IHSG senada dengan bursa saham kawasan Asia lainnya yang juga terjun ke zona merah. Performa IHSG saat itu menjadi yang terburuk: indeks Nikkei turun 1,98%, indeks Shanghai turun 0,32%, indeks Hang Seng turun 1,52%, indeks Strait Times turun 0,97%, indeks Kospi turun 1,5%, indeks SET (Thailand) turun 0,96%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 1,24%.
Rupiah yang babak-belur memaksa investor melakukan aksi jual secara besar-besaran. Sampai akhir perdagangan, rupiah melemah 0,83% di pasar spot ke level Rp 14.590/dolar AS.Faktor internal dan eksternal menekan pergerakan rupiah. Dari dalam negeri, investor merespon negatif melebarnya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) kuartal-II 2018 yang menembus level 3% dari PDB, yakni di level 3,04%. Dari sisi eksternal, tekanan datang dari krisis ekonomi yang terjadi di Turki.
28 Juni 2018
IHSG terpuruk ke zona negatif setelah turun 120,233 poin (2,08%) ke 5.667,319. Indeks LQ45 turun 19,980 poin (2,22%) ke 881,021.
Pelemahan IHSG diwarnai jatuhnya seluruh saham sektoral yang dipimpin oleh amblasnya saham sektor industri dasar sedalam 4,25%. Koreksi dalam IHSG ini senada dengan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS di level Rp 14.373.11 November 2016
IHSG amblas hingga 218.33 poin atau 4,01% ke level 5.231,97 setelah dana asing kabur sebesar lebih dari Rp2 triliun. Sementara itu, indeks LQ45 ditutup merosot 47.90 poin atau 5,17% ke level 878.31.
Indeks anjlok seiring aksi jual saham yang dilakukan investor di berbagai sektor saham. Kondisi tersebut membuat mayoritas sektoral saham di lantai bursa kompak melemah. Penguatan hanya terjadi pada sektor tambang dan agrikultur masing-masing menguat 0,97% dan 0,88%. Sementara sektor aneka industri memimpin pelemahan indeks sore ini sebesar 6,57% disusul sektor manufaktur sebesar 5,32%.
11 Juli 2016
IHSG anjlok 1,96% setelah terpengaruh sentimen negatif persepsi pasar terkait dengan bom di kantor Kepolisian Resor Kota Surakarta (5 Juli 2016). Seorang pelaku bom bunuh diri tewas setelah meledakkan diri di halaman kantor Mapolresta Solo, Jawa Tengah, sekitar pukul 07.35 WIB.
8 Oktober 2008
IHSG ambruk hingga 10,38% atau 168 poin ke posisi 1.451 di periode yang dikenal sebagai Black Wednesday. Saat itu, analis menilai kejatuhan saham PT Indosat Tbk (ISAT) yang kena auto reject setelah anjlok 23,3% menjadi Rp 3.950/saham diduga memicu investor panik dan melego saham blue chip lainnya.
Pada pukul 11.08 WIB, Detikfinance merekam, perdagangan saham di BEI disuspensi setelah indeks meluncur ke bawah hingga 10,38%. Nilai transaksi hanya mencapai Rp 988 miliar, frekuensi tercatat 27.494 kali dan volume 1,129 miliar saham. Posisi tersebut merupakan terendah sejak September 2006.
Kondisi yang kritis tersebut membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama menteri di bidang ekonomi, Bank Indonesia, pemangku kepentingan bursa menggelar rapat kabinet terbatas pukul 22.00 WIB di Kantor Presiden guna membahas anjloknya bursa saham.
Langkah tersebut diambil karena kondisi bursa global masih kritis merosot tajam. Sementara itu nilai tukar rupiah antar bank sempat menembus di atas level Rp 10.300/US$. Suspensi di BEI dilakukan hingga 13 Oktober 2008.
1 Oktober 2005
IHSG turun 2,27% dari 1.079,28 menjadi 1.054,75 pascaledakan Bom Bali II pada 1 Oktober 2005. Pada kejadian teror ini, terjadi tiga pengeboman, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka.
5 Agustus 2003
IHSG anjlok 3,05% usai Hotel JW Marriott di Kawasan Mega Kuningan diguncang bom pada 5 Agustus 2003. Sebanyak 14 orang tewas dan 156 luka-luka. Akibat peristiwa itu, Hotel JW Marriott ditutup selama 5 minggu.
14 Oktober 2002
IHSG terpengaruh peristiwa Bom Bali yakni 12 Oktober 2002. Situs Tirto mencatat, peristiwa nahas ini membuat IHSG anjlok hingga 10%. Ini adalah rangkaian tiga peristiwa pengeboman yang terjadi pada malam hari 12 Oktober 2002. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat. Sebanyak 202 korban jiwa dan 209 luka-luka.
13 September 2000
IHSG amblas 1,99% setelah gedung Bursa Efek Jakarta (kini BEI) diguncang bom. Bom mobil meledak di ruang bawah tanah BEJ. Juru bicara konferensi perss saat itu, Ketua Bapepam (kini OJK) Herwidayatmo menerangkan bahwa sekitar pukul 15.28 WIB, beberapa saat setelah ledakan bom, perdagangan di bursa disuspensi atau berselang sekitar 10 menit. Ledakan bom itu sendiri terjadi sekitar pukul 15.17 WIB. Korban meninggal 10 orang, luka-luka 90 orang.
http://bit.ly/2JFMqjN
May 14, 2019 at 10:26PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tenang! IHSG Pernah Anjlok 10% kok, Ini Catatan Sejarahnya"
Post a Comment