
Pada penutupan pasar spot Jumat (3/5/2019), mata uang Tanah Air ini ditutup pada posisi Rp 14.250/US$ yang merupakan nilai tukar tertinggi sejak 15 Maret 2019. Ini berarti rupiah telah melemah selama 9 hari berturut-turut, di mana penguatan rupiah terakhir kali tercatat pada 18 April 2019.
Sentimen yang meliputi rupiah pada pekan ini semuanya bersumber dari Negeri Paman Sam, mulai dari rilis data ekonomi hingga yang terakhir adalah keputusan bank sentral AS, The Federal Reserves (The Fed) terkait suku bunga acuan yang tak lagi kalem (dovish).
Pada awal perdagangan pekan ini, rupiah tertekan seiring dengan penguatan dolar AS yang ditopang fakta bahwa ekonomi AS menorehkan hasil yang cemerlang.
Pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2019 diumumkan sebesar 3,2% (QoQ annualized), jauh di atas konsensus dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Selain itu, penjualan barang ritel Maret AS juga naik 1,6% secara bulanan yang jauh membaik dari kontraksi sebesar 0,2% di bulan Februari.
Rentetan data ekonomi Negeri Paman Sam yang kinclong, praktis membuat dolar AS memiliki daya tarik yang besar, sehingga mata uang negara-negara kawasan Asia dilego pelaku pasar. Hanya rupee India, peso Filipina, dan yen Jepang saja yang berhasil menaklukkan mata uang greenback ini.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>> (dwa/tas)
http://bit.ly/2UUgSZr
May 04, 2019 at 04:17PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "The Fed Mulai Agresif, Sepekan Rupiah Amsyong!"
Post a Comment