
"Namun situasi dan kondisi global dan dalam negeri tak kunjung membaik, oleh sebab itu kehati-hatian merupakan hal terpenting saat ini. Kami merekomendasikan wait and see dengan potensi beli," ujar Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam risetnya pagi ini (13/5/19).
Sentimen yang masih mewarnai pasar keuangan hari ini adalah perundingan damai dagang yang masih belum selesai antara pemerintahan China-Amerika Serikat (AS), setelah secara sepihak AS mengenakan penaikan tarif baru di tengah perundingan yang masih berjalan.
Penaikan tarif dilakukan dari sebelumnya 10% menjadi 25% pada 10 jenis komoditas perdagangan senilai US$ 200 miliar.
Dari dalam negeri, bayang-bayang dari data makroekonomi yang tidak sesuai ekspektasi dari mulai cadangan devisa, defisit neraca berjalan (current account deficit, CAD), cadangan devisa valas, dan pertumbuhan ekonomi turut membebani ekspektasi pasar terhadap kondisi ekonomi di dalam negeri.
Pekan lalu, pasar obligasi mengalami pembalikan arah menjadi menguat (rebound) dari koreksi yang berlangsung setidaknya sejak 13 hari bursa terakhir secara berturut-turut.
Penguatan di akhir pekan lalu juga dianggap terjadi karena pasar sudah jenuh terhadap tekanan jual yang bertubi-tubi. Tekanan jual tersebut sempat berlangsung selama 13 hari bursa yang dimulai pada 18 April terhadap hampir seluruh SUN seri acuan.
"Kami melihat bahwa kenaikan ini lebih kepada sudah habis masa toleransi obligasi untuk turun, sehingga Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar obligasi dan rupiah," ujar Nico.
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas)
http://bit.ly/2JfU70T
May 13, 2019 at 04:41PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Usai Rebound, Penguatan Harga Obligasi Bisa Berlanjut"
Post a Comment