Search

Valuasi IPO Indonesian Tobacco Setara Pemain Lama

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga penawaran saham produsen tembakau linting PT Indonesian Tobacco Tbk mencerminkan valuasi 16,42 kali-20,17 kali berdasarkan hitungan rasio harga saham per laba (price to earnings ratio, PER) kinerja 2019. Dalam paparan publik penawaran umum perdana saham (initial public offering, IPO) hari ini, perseroan memprediksi pendapatannya tahun ini naik 20%-25% yaitu menjadi Rp 161,42 miliar-Rp 168,14 miliar dari Rp 134,51 miliar pada 2018.  Laba bersih emiten ditarget tumbuh 25%-30% laba bersih, yaitu menjadi Rp 10,31 miliar-Rp 10,72 miliar dari Rp 8,24 miliar. Dengan harga penawaran yang ditetapkan pada rentang Rp 180-Rp 230, maka valuasi PER berdasarkan kinerja 2019 berada pada kisaran 16,42 kali-20,17 kali, dengan asumsi laba per saham Rp 10,96-Rp 11,39. Saat ini, hitungan Refinitiv menunjukkan PER 2019 12 bulan ke depan pelaku industri tembakau lain yaitu PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) berada pada 24,3 kali dan 15,9 kali. Dengan demikian, PER Indonesian Tobacco kemungkinan masih berada di tengah rentang, atau dapat disebut setara dengan kedua valuasi raksasa rokok tersebut, bukan di bawahnya. Padahal, umumnya perusahaan yang lebih kecil dan 'anak baru' di bursa sebaiknya menawarkan valuasi yang lebih murah untuk calon investornya sehingga terlihat lebih menarik. Dalam IPO tersebut, Indonesian Tobacco menawarkan 274,06 juta (29,13%) saham kepada publik.  Rencananya, perseroan akan menawarkan sahamnya kepada publik mulai hari ini hingga 31 Mei dalam periode penawaran awal.

Saham perseroan rencananya akan dicatatkan di bursa pada 4 Juli.

 Dalam penawaran saham tersebut, perseroan yang dipimpin Djonny Saksono tersebut dibantu PT Phillip Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sebelum penawaran umum, Djonny Saksono juga menjadi pemilik saham perseroan dengan porsi 90,1% dan sisanya milik PT Anugerah Investindo Nusantara 9,9%.  Sebanyak 100% dana dari IPO akan digunakan perseroan untuk bahan baku yaitu pembelian daun tembakau dari berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Perusahaan asal Malang (Jatim) tersebut mencatatkan aset Rp 355,67 miliar per akhir 2018, terbagi menjadi kewajiban Rp 149,66 miliar dan modal Rp 206,01 miliar. Pada periode yang sama, eksportir tembakau linting tersebut membukukan pendapatan Rp 134,51 miliar dan laba tahun berjalan Rp 8,24 miliar, sehingga memiliki margin laba 6,12%. Pendapatan perseroan tersebut berasal dari penjualan tembakau linting ke pasar domestik dan pasar ekspor, yaitu ke Singapura, Malaysia, dan Jepang.  Beberapa contoh merk tembakau yang diproduksi perseroan adalah Butterfly, Kuda Terbang, DC 9, Djago Tarung, Mawar Anggrek, Kuda Terbang Merah, Kuda Terbang Biru, Roda Terbang, Deer, Roadhouse, Lampion Lilin, Anggur Kupu, Bunga Sakura, Pohon Sagu, Deer, Save, dan Black Bear.  TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2X8qdi5
May 29, 2019 at 12:36AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Valuasi IPO Indonesian Tobacco Setara Pemain Lama"

Post a Comment

Powered by Blogger.