Komentar yang dilaporkan oleh CCTV tersebut dianggap sebagai ancaman terselubung yang ditujukan kepada Amerika Serikat (AS) dan perusahaan teknologinya yang bergantung pada material itu.
Pekan lalu, Presiden China Xi Jinping mengunjungi tambang tanah jarang (rare earth) dan fasilitas pemrosesannya. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa China dapat membuat harga mineral itu lebih mahal atau bahkan tidak tersedia jika perang dagang terus memanas.
"Anda mengatakan kandungan mineral langka bisa menjadi salah satu cara China menghadapi penindasan AS yang tidak beralasan," kata pejabat China itu dalam sebuah wawancara.
"Apa yang bisa saya katakan adalah bahwa jika ada orang yang menggunakan produk yang dibuat dengan kandungan mineral langka yang kami ekspor untuk mengekang pengembangan China, maka orang-orang [provinsi Jiangxi selatan tempat mineral langka ditambang] serta semua orang China lainnya tidak akan senang," tambahnya.
Foto: Infografis/Perang Dagang/Edward Ricardo
|
CCTV menyebut sang narasumber sebagai "pejabat yang relevan" dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, dilansir dari CNBC International.
Impor tanah jarang adalah bagian yang relatif kecil dari defisit perdagangan barang senilai US$420 miliar dengan China, tetapi nilainya jauh melebihi nilai nominalnya. Material itu sangat penting dalam pembuatan berbagai produk, seperti iPhone, kendaraan listrik, dan senjata presisi canggih.
Tabloid China, Global Times, juga melaporkan pada Selasa (28/5/2029) bahwa China "serius mempertimbangkan" untuk membatasi ekspor tanah jarang ke Amerika Serikat.
"Berdasarkan apa yang saya ketahui, China secara serius mempertimbangkan untuk membatasi ekspor kandungan mineral langka itu ke AS. China mungkin juga akan mengambil tindakan pencegahan lain di masa depan," tulis Hu Xijin, sang pemimpin redaksi, di akun Twitter-nya. Akunnya diikuti oleh para pelaku pasar.
"Ini masih belum resmi. AS hanya mengimpor sekitar 4.000 ton tanah jarang bernilai sekitar US$175 juta. Masalahnya adalah sebagian besar tanah jarang yang kita impor sudah tertanam dalam teknologi. Jika kita membeli komputer, mereka sudah ada di dalamnya. Itu membuat China lebih sulit untuk mengabaikan kami," kata Marc Chandler, ahli strategi pasar global di Bannockburn Global Forex.
Chandler mengatakan komentar pejabat itu bukan ancaman resmi dari pemerintah China.
"Alasan pasar terkait dengan hal ini adalah mereka pikir China akan membalas, mereka hanya tidak tahu caranya," kata Chandler. "Begitu mereka memikirkannya, mereka akan menyadari ini tidak akan dilakukan hari ini atau besok. Agar China dapat melakukannya, mereka harus membayar mahal."
Perang dagang telah menjadi semakin terfokus pada teknologi. AS bahkan telah melarang perusahaan-perusahaan Amerika menjual komponen ke Huawei, raksasa telekomunikasi China, dan AS juga telah memprotes target China untuk mendominasi industri teknologi tinggi utama.
Di AS, tanah jarang digunakan di kilang minyak, dan impor AS dari China kurang dari 4% dari ekspor logam China. Namun, perusahaan-perusahaan AS menggunakan bahan-bahan itu di banyak produk yang diproduksi di luar Amerika Serikat.
Foto: Tambang Tanah Jarang (Rare Earth) di China. (Foto: CNBC)
|
"Saat berita mengenai tanah jarang beredar, saya pikir investor menyadari bahwa ini lebih dari sekadar perang dagang," kata Michael Katz, mitra di Seven Points Capital.
Ada sekitar 110 juta metrik ton tanah jarang, di mana endapannya terletak di China, Brasil, Rusia, AS, India, dan Australia.
Dominasi yang berbahaya
Ahli strategi Bank of America Merrill Lynch, dalam catatan risetnya, menunjukkan bahwa Departemen Pertahanan AS telah menyebut dominasi China atas pasar tanah jarang mungkin berbahaya, mengingat manufaktur lepas pantainya (offshore) dan kerentanan di basis manufaktur dan pertahanan industri Amerika.
China menghasilkan sekitar 78% dari tanah jarang pada tahun 2018, dan memiliki sekitar 40% dari sumber daya global. Ahli strategi Bank of America mencatat dominasi China disebabkan oleh fakta bahwa pemerintahnya mengklasifikasikannya sebagai sumber daya strategis dan telah menekankan eksplorasi dan ekstraksi bahan baku selama sekitar 100 tahun.
Para analis mengatakan China membuat bahan itu tersedia dengan biaya rendah pada 1990-an, merugikan pesaing dan membatasi ekspansi produsen saingan. Ada 17 elemen tanah jarang, yang sebenarnya tidak langka namun memurnikannya dari bijih akan menelan biaya mahal dan menghasilkan polusi.
Saksikan video mengenai nasib perundingan dagang AS-China berikut ini.
(prm)
http://bit.ly/2Wum76W
May 29, 2019 at 06:50PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Awas, China Bisa Serang Balik AS Pakai Mineral Spesial Ini"
Post a Comment