Bahkan perang dagang yang lebih besar antara kedua negara bisa saja terjadi setelah AS secara resmi menaikkan tarif impor menjadi 25% dari sebelumnya 10% untuk produk dari China senilai US$ 200 miliar.
China juga tidak tinggal diam dan berencana membalas tindakan AS. Perang dagang dua negara ini bisa jadi akan semakin membuat pertumbuhan ekonomi global melambat, dan para investor mengalihkan investasinya ke aset-aset safe haven atau berisiko rendah termasuk dolar AS.
Efek negatif juga terasa di dalam negeri. Tingginya permintaan dolar AS membuat rupiah mengalami tekanan. Pada pukul 11:53 WIB, Senin (13/5/2019), mata uang Garuda diperdagangkan di kisaran Rp 14.390/US$ atau melemah sekitar 0,4%.
Analisis Teknikal
![]() |
Pada grafik harian rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini bergerak di atas rerata (Moving Average/MA) 20 hari (garis merah) yang sudah menyilang dengan MA 5 /rerata 5 hari (garis biru). Secara teknikal persilangan tersebut bisa menjadi sinyal naik (pelemahan rupiah).
Indikator Stochastic (grafik bagian bawah) berada di area jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama, seharusnya menjadi sinyal akan ada pembalikan harga (penguatan rupiah), namun hingga saat ini belum juga terjadi.
Stochastic merupakan leading indicator atau indikator yang mendahului pergerakan harga.
![]() |
Pada grafik 1 jam, indikator Stochastic juga berada di wilayah jenuh beli, sehingga pelemahan rupiah cenderung akan terbatas, dan tidak menutup kemungkinan pelemahan akan mampu dipangkas.
Adapun level resisten (tahanan atas) yakni jika rupiah kembali melemah di kisaran Rp 14.410/US$. Selama tidak ditembus level resisten tersebut, mata uang Garuda dapat memangkas pelemahan ke level Rp 14.368/US$. Jika mampu melewati level tersebut, rupiah memiliki peluang ke area Rp 14.330.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/tas)
http://bit.ly/2JBPP3h
May 13, 2019 at 07:55PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dolar AS Sudah Jenuh Beli, Pelemahan Rupiah Akan Terbatas"
Post a Comment