Direktur Utama Djonny Saksono mengatakan porsi pasar ekspor saat ini masih relatif kecil dengan kontribusi sebesar 2-3% dari seluruh penjualan. Selebihnya masih didominasi pasar di dalam negeri.
Pasar ekspor eksisting perseroan saat ini adalah Singapura, Malaysia, dan Jepang. Selain India, perseroan juga melirik pasar Negeri Tirai Bambu.
"Di India sudah ada mitra strategis, hanya belum bisa disebutkan karena ada non disclosure agreement," kata Djonny Saksono, saat paparan publik di Jakarta, Selasa (28/5/2019).Diutarakan Djonny, India memiliki potensi pasar yang cukup besar dengan jumlah penduduk yang mencapai 1,5 miliar jiwa, potensi ekspor ke depan bisa mencapai 50-100 ton tembakau linting per bulan. Dengan masuknya pasar India, kontribusi penjualan ekspor akan meningkat menjadi 30%.
"Di sana order itu bisa 50 ton-100 ton per bulan saya sih enggak kaget dengan jumlah penduduk segitu itu sangat masuk akal, itu sudah 50 persen dari omzet pendapatan kita akan bisa menikmati itu kalau usaha ini jalan," kata Direktur Indonesian Tobacco Helly Ardiani Adi Pertiwi dalam kesempatan tersebut.
Saat ini, secara keseluruhan, perseroan memiliki kapasitas produksi 2.500 ton tembakau dan pada tahun ini akan ditingkatkan menjadi 3.000 ton melalui optimalisasi dari pabrik eksisting dengan menambah shift pekerja, bukan dengan menambah pabrik baru.
Sejak 27 Mei hingga 31 Mei ini, perseroan melakukan penawaran awal penerbitan saham perdana atau initial public offering (IPO) di BEI. Perseroan akan menawarkan 274,06 juta atau setara 29,13% saham kepada publik dalam IPO dan menawarkan harga saham pada kisaran Rp 180 - Rp 230/sahamnya. Dengan demikian target perolehan dana gelaran IPO tersebut Rp 49,33 miliar hingga Rp 63,03 miliar.
Seluruh dana hasil IPO perseroan akan dipakai untuk meningkatkan stok bahan baku yaitu pembelian daun tembakau dari berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat mengingat pasar yang terus tumbuh.
Beberapa contoh merk tembakau yang diproduksi perseroan adalah Butterfly, Kuda Terbang, DC 9, Djago Tarung, Mawar Anggrek, Kuda Terbang Merah, Kuda Terbang Biru, Roda Terbang, Deer, Roadhouse, Lampion Lilin, Anggur Kupu, Bunga Sakura, Pohon Sagu, Deer, Save, dan Black Bear.
Tahun lalu, eksportir tembakau linting tersebut membukukan pendapatan Rp 134,51 miliar dan laba tahun berjalan Rp 8,24 miliar, sehingga memiliki margin laba 6,12%.
Di tahun ini, perseroan optimistis penjualan akan tumbuh antara 20% hingga 25%, sedangkan, laba bersih diperkirakan tumbuh 25%-30%.
"Adanya produk rokok elektronik dan kenaikan cukai rokok tidak menjadi kendala bagi perusahaan, karena cukai kita masih di level yang paling bawah, tidak sama dengan rokok karena masih tembakau yang dilinting sendiri," tandas Djonny Saksono.
Tahun lalu, perseroan membukukan pendapatan Rp 134,51 miliar dan laba tahun berjalan Rp 8,24 miliar, sehingga memiliki margin laba 6,12%.
(tas)
http://bit.ly/2EDuz9V
May 28, 2019 at 10:11PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Indonesia Tobacco Genjot Ekspor Tembakau Linting ke India"
Post a Comment