
Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan status sebagai perusahaan startup membuat Mahata terlebih dahulu harus mendapatkan kontrak demi mendapatkan dukungan dari investor.
"Sebagai startup company butuh dukungan investor. Investor didapat Mahata saat ada kepastian kontrak," kata Fuad di Kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, dalam paparan publik insidental, Rabu (8/5/2019).
Selain itu, penyediaan inflight entertainment dan inflight connectivity ini juga membutuhkan perizinan dari produsen pesawat sehingga membuat proses pemasangan juga cukup panjang.
Hingga saat ini izin pemasangan Wifi on board baru diperoleh untuk pesawat Airbus tipe A320 dan A330, sementara untuk pesawat Boeing yang juga digunakan Garuda tengah dalam proses memperoleh perizinan dari otoritas penerbangan sipil di Amerika Serikat.
Selain perizinan, pemasangan Wifi on board juga memerlukan sertifikasi yang diakui secara internasional.
Fuad mengakui, meski kontrak dengan MAT sudah dilakukan sejak Oktober 2018, namun baru satu pesawat yang dipasangkan layanan Wifi untuk penerbangan.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Teknik dan Layanan Garuda Indonesia Iwan Joeniarto mengatakan pihaknya telah melakukan feasibility study (FS) terlebih dahulu sebelum memutuskan bekerjasama dengan MAT.
Pertimbangan lainnya adalah ini merupakan model bisnis baru yang dijalankan oleh Garuda dengan tujuan untuk meningkatkan value added jasa perusahaan.
"Untuk melakukan bisnis ada FS. Ini bisnis model baru di Garuda, bisnis dengan Mahata tidak ada investasi, tidak ada cost jadi Mahata yang tanam investasi, pasang Wifi kemudian inflight connectivity tidak bayar," kata Iwan.
Simak penjelasan lengkap direksi Garuda soal kisruh lapkeu 2018.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
http://bit.ly/2YiwWpQ
May 09, 2019 at 08:18PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kontrak Wifi kok Sampai 15 Tahun? Ini Alasan Garuda"
Post a Comment