
Selain itu, sentimen babak baru perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang semakin meruncing karena saling ancam juga membuat bursa domestik terpengaruh, bersamaan dengan bursa regional yang juga memerah.
Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan koreksi sebesar 1,05% ke level 6.071,2. IHSG bernasib sama dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan melemah: indeks Nikkei turun 0,59%, indeks Shanghai juga turun 0,69%, indeks Hang Seng amblas 1,5%, dan indeks Straits Times turun 0,62%.
Pada Maret, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 540 juta dan Februari sebelumnya positif US$ 330 juta.
Tentu beberapa sentimen ini dinilai menjadi penting untuk disimak oleh pelaku pasar, khususnya terkait juga dengan dampak perang dagang antara AS dan China.
"Dalam konsensus diprediksi neraca perdagangan mengalami defisit. Kinerja ekspor juga masih tertekan hal ini mendorong penurunan pada nilai ekspor dan impor tampaknya tidak banyak perubahan dari bulan sebelumnya," tulis Pilarmas Investindo Sekuritas, Rabu (15/5/2019).
Secara teknikal, Pilarmas memprediksi, saat ini IHSG masih berpotensi bergerak menguat dan diperdagangkan pada level 6.080-6.150.
Pendapat senada juga dikemukakan William Surya Wijaya, Direktor PT Indosurya Bersinar Sekuritas. Menurutnya, sepekan menjelang rilis resmi hasil Pilpres 2019 dan akan rilisnya data neraca dagang hari ini akan turut memberi warna terhadap pola gerak IHSG hari ini.
Adapun capital inflow atau aliran modal masuk yang masih terus berlangsung secara year to date juga turut menopang pola gerak IHSG hingga jangka panjang.
"Hari ini potensi kenaikan masih terlihat pada pergerakan IHSG pada kisaran 6.021 - 6.288," kata William Surya Wijaya.
http://bit.ly/2vZHXR3
May 15, 2019 at 03:41PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Neraca Dagang Diramal Tekor, IHSG Berpotensi Terkoreksi Lagi"
Post a Comment