
Apalagi Indonesia tambah menderita, setelah neraca dagang RI di bulan April dihantam defisit terburuk sepanjang sejarah.
"Bukan hanya ekspor yang melambat, impornya juga mulai melambat. Sehingga kalau kita tidak bisa cari jalan menjaga pertumbuhan, maka itu bisa turun," ujar Darmin di kantornya, Jumat (17/5/2019).
Darmin menegaskan, pemerintah kini sedang fokus mendorong investasi yang bukan hanya untuk keperluan ekspor, tapi juga substitusi barang impor, di tengah perang dagang yang tadinya dianggap akan selesai dalam jangka pendek.
"Kita tidak yakin itu akan jangka pendek, karena nyatanya mereka [AS dan China] tidak segera berdamai, artinya mereka tidak kapok," jelasnya.
"Sejalan dengan tax holiday yang kita telah berikan, kita ingin investasi bukan hanya untuk ekspor, tapi juga menggantikan impor. Ini situasi yang kita lihat belakangan tidak terlalu menggembirakan, tapi tidak perlu juga pesimis," imbuhnya.
Investasi substitusi impor, lanjutnya, akan terus terfokus pada bahan baku seperti industri baja dan petrokimia yang berkapasitas besar.
"Satu saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan kita. Sebetulnya investasi petrokimia yang swasta itu kecil-kecil, agak di hilir. Baru pemerintah dan Pertamina yang mengusahakan di hulu. Intinya kita harus berupaya lebih keras lagi kalau ingin berjalan dengan baik," pungkasnya.
(dru)
http://bit.ly/2Hp565X
May 17, 2019 at 09:58PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ramalan Menko Darmin: Perang Dagang AS-China Belum akan Usai"
Post a Comment