
Pada perdagangan Kamis (16/5/2019) kemarin, harga batu bara Newcastle (nilai kalori 6.000 kcal/kg) kontrak pengiriman Mei kembali terkoreksi 0,36% ke level US$ 84,15/metrik ton. Dengan begitu, sudah enam hari berturut-turut harga batu bara selalu ditutup melemah.
Sentimen dari China agaknya masih menjadi pelaku utama yang menyebabkan harga batu bara global terus melemah.
Berdasarkan keterangan analis Citi, inventori batu bara di pembangkit listrik di China masih tinggi, mengutip S&P Global Platts, Kamis (16/5/2019). Padahal saat ini di China sudah mulai masuk musim panas.
Saat musim panas, permintaan energi cenderung meningkat dibanding musim semi karena penggunaan pendingin udara (air conditioner/AC) yang meningkat. Tapi karena inventori batu bara di pembangkit listrik China masih tinggi, artinya permintaan dalam kurun waktu beberapa minggu ke depan kemungkinan juga tidak akan meningkat.
Persediaan batu bara di pembangkit listrik utama dikabarkan masih sekitar 16,32 juta ton, cukup untuk bertahan selama 26 hari, berdasarkan keterangan pelaku pasar, mengutip S&P Global Platts.
Selain itu, aktivitas industri China yang masih lesu juga membuat permintaan energi tak setinggi biasanya.
Berdasarkan data Biro Statistik Nasional China (National Bureau of Statistics/NBS), sepanjang bulan April Negeri Tirai Bambu hanya menghasilkan listrik sebesar 544.000 KWh atau turun 4,5% dibanding bulan Maret.
Dalam catatan analis Citi yang dilansir dari S&P Global Platts, permintaan energi oleh industri-industri di China masih lemah bisa didorong jika ada stimulus baru.
Apalagi didorong sentimen perang dagang, sulit untuk membayangkan aktivitas industri di China bisa meningkat. Pasalnya saat Amerika Serikat (AS) dan China saling hambat perdagangan, maka permintaan barang-barang pabrikan di masing-masing negara juga akan turun.
Dampak perang dagang juga bukan hanya pelemahan industri, namun mata uang yuan menjadi lemah terhadap dolar.
Tercatat sejak tanggal 10 Mei 2019 (saat AS mulai memberlakukan tarif 25% terhadap produk China Senilai US$ 200 miliar), nilai tukar yuan melemah 1,29% terhadap dolar AS.
Hal itu membuat harga batu bara seaborne (impor) menjadi relatif lebih mahal bagi konsumen di China. Apalagi, China merupakan konsumen utama batu bara seaborne, yang akan sangat mempengaruhi dinamika pasar batu bara global.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/gus)
http://bit.ly/2LOwNJK
May 17, 2019 at 10:21PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sudah Melemah 6 Hari, Kapan Harga Batu Bara Menguat?"
Post a Comment