Pada Jumat (1/3.2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.105. Rupiah melemah 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan, rupiah semakin melemah. Pada pukul 09:34 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.110 di mana rupiah melemah 0,36%.
Kala pembukaan pasar, rupiah melemah 0,26%. Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin dalam dan dolar AS kembali menembus level Rp 14.100.
Nasib rupiah tidak membaik meski Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi yang sebetulnya menggembirakan. Pada Februari, terjadi deflasi 0,08% secara month-to-month (MtM) dan 2,57% year-on-year (YoY). Deflasi bulanan ini menjadi yang terdalam sejak Februari 2016.
Realisasi ini sedikit lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, yang memperkirakan terjadi deflasi 0,05% MtM dan inflasi 2,62% YoY.
Sejatinya data ini bisa menjadi alasan bagi rupiah untuk bangkit. Inflasi yang rendah dan stabil positif bagi mata uang karena nilainya tidak terlalu tergerus oleh inflasi.
Indonesia juga bukan negara maju seperti Eropa atau Jepang yang mendambakan inflasi. Sebagai negara berkembang, inflasi sudah menjadi khittah Indonesia sehingga yang paling penting adalah menjaga inflasi tetap rendah dan stabil.
Dalam beberapa tahun terakhir, inflasi sudah relatif rendah dan stabil di kisaran 3% bahkan kini sudah di bawah itu. Artinya ada aktivitas ekonomi yang sehat di mana dunia usaha masih bisa menaikkan harga tetapi tidak terlalu tinggi sehingga beban di konsumen pun tidak signifikan.
Akan tetapi, sepertinya sentimen eksternal lebih kuat sehingga rupiah tertahan di zona merah. Investor masih cenderung bermain aman karena tingginya risiko perekonomian global.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(aji/aji)
https://ift.tt/2NA5Jel
March 01, 2019 at 04:42PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Deflasi Tak Mampu Tolong Rupiah, Masih Terlemah di Asia"
Post a Comment