Pemilihan sahamnya akan mengincar saham yang valuasinya masih lebih baik dibandingkan dengan perusahaan sejenis yang menjadi terdekat. Lebih baiknya valuasi tersebut dilihat dari nilai interinsik yang masih lebih tinggi daripada harga sahamnya di pasar dan dengan dibandingkan dengan pesaingnya, atau dengan kata lainnya harganya masih lebih murah daripada nilai fundamental perseroan. Hal tersebut sesuai dengan semangat dari definisi value stock, yang dapat menggunakan penghitungan valuasi dari sisi harga saham per laba (price to earnings ratio, PE ratio), harga saham per nilai buku (price to book value, PBV), atau valuasi lain. "Setelah dikaji, diambil jumlahnya 30 karena dari indeks yang sudah ada, yang paling banyak dipakai adalah Indeks IDX-30. Sesuai tema, nantinya akan dilihat dari PE ratio dan PBV, 50:50 [masing-masing jumlahnya dari PE ratio dan PBV]," ujar Hasan belum lama ini (24/5/19). Penerbitan indeks di bursa akan membantu pengembangan produk investasi pasar modal, utamanya adalah penggunaannya sebagai acuan bagi reksa dana indeks atau reksa dana yang ditransaksikan di bursa (exchange traded fund, ETF).
Saat ini sudah ada 32 reksa dana indeks dan 28 ETF. Pertumbuhan jumlah ETF paling besar terjadi tahun lalu, di mana jumlahnya naik dari 14 menjadi 24 produk.
Hari ini, satu produk ETF baru dicatatkan di papan bursa.
Hasan mengatakan alasan pengambilan pilihan saham IDX Value Stock-30 dari Indeks IDX-80 adalah karena indeks 80 saham tersebut sudah melalui seleksi, seperti likuiditas transaksi dan kepatuhan (compliance) dari emiten saham. IDX-30 dan IDX-80 didasari penghitungan likuiditas saham dan kapitalisasi pasar terbesar.
Khusus untuk IDX-80, sejak diluncurkan sudah mengacu pada ketentuan minimal saham publik (free float), sedangkan IDX-30 serta LQ-45 ketentuan tersebut akan diterapkan bertahap.
Dia mengatakan indeks saham tematik baru tersebut akan melengkapi kelompok indeks yang didasari faktor-faktor khusus. Faktor-faktor khusus tersebut menjadi satu dari empat kelompok indeks yang menjadi bagian dari keluarga indeks, didasari oleh pengelompokan benchmark indeks di bursa secara global. Tiga kelompok indeks lain yang harus ada dan harus dikembangkan di setiap bursa saham, tutur Hasan, adalah indeks utama (headline index), indeks sektoral (sectoral index), dan indeks tematik (thematic index). Contoh dari headline index yang sudah ada di Bursa Efek Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), IDX-30, IDX-80, dan LQ-45.Untuk indeks sektoral, saat ini sudah ditentukan sembilan sektor ditambah satu manufaktur.
Untuk keluarga indeks tematik, yang sudah ada di bursa adalah SRI-Kehati dan Pefindo i-Grade. Nama pertama yaitu SRI-Kehati menganut salah satu pedoman dari perusahaan berwawasan lingkungan-berkelanjutan-tata kelola (enviromental-sustainable-corporate governance, ESG) dan Pefindo i-Grade yang berisi perusahaan dengan peringkat layak investasi (investment grade). Contoh lain dari indeks tematik adalah saham berkapitalisasi pasar besar, atau bahkan yang berkapitalisasi pasar menengah-kecil seperti Pefindo SME-25 yang sudah ada di bursa. Hasan menambahkan bahwa otoritas bursa berniat menyesuaikan indeks sektoral yang sudah ada dengan acuan umum yang berlaku di bursa lain di dunia. "Meskipun disesuaikan, nanti jumlahnya akan tetapi sembilan sektor. Saat ini kan belum mengacu pada praktik internasional, nanti ada masa transisi juga, diminta pelaku pasar 6 bulan. Niatnya penyesuaian akan mulai dilakukan tahun ini."TIM RISET CNBC INDONESIA
http://bit.ly/2YQT6jg
May 27, 2019 at 08:16PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Yeah! BEI akan Terbitkan Indeks Baru Lagi pada Agustus"
Post a Comment