Yield Obligasi AS Kembali Turun, Euro Dongkel Dolar

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro yang mencatat penurunan tiga pekan beruntun pada minggu lalu kini berbalik menekan dolar AS. Meski sempat melemah saat perdagangan Senin (8/4/19) dibuka, namun perlahan euro berhasil membalikkan keadaan. Mengutip kuotasi MetaTrader 5, pada pukul 12:38 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1227 atau menguat sekitar 0,12%.

Yield obligasi AS tenor 10 tahun yang kembali turun menjadi pemicu lemahnya dolar AS pada hari ini. Melansir CNBC International, yield tenor 10 tahun turun 0,011 menjadi 2,488.

Amerika Serikat yang akan merilis data inflasi Rabu (10/4/19) nanti membuat pelaku pasar kembali melihat potensi pelambatan ekonomi negeri Paman Sam Tersebut. Asal muasal-nya adalah rilis data tenaga kerja AS pada Jumat (5/4/19) lalu.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan rata-rata upah per jam hanya naik 0,1% di bulan Maret. Sementara jika melihat prediksi inflasi di Forex Factory, pada bulan Maret diperkirakan ada kenaikan harga-harga sebesar 0,3%.

Kenaikan inflasi yang lebih tinggi dari rata-rata gaji tentunya menurunkan daya beli masyarakat yang merupakan tulang punggung perekonomian AS. Mengutip The Balance, konsumsi atau tingkat belanja konsumen di AS berkontribusi sebesar 69% dari total produk domestik bruto (PDB) AS.

Turunnya daya beli tentunya akan berdampak signifikan terhadap PDB AS. Pada bulan Maret lalu, Federal Reserve (The Fed) AS, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi atau PDB AS tahun ini menjadi 2,1%, dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 2,3%.

The Fed memberikan proyeksi tersebut saat mengakhiri rapat kebijakan moneter 21 Maret lalu. Pada kesempatan itu The Fed juga mengindikasikan tidak akan menaikkan suku bunga di tahun ini, untuk memberikan stimulus bagi ekonomi AS.

Setelah rilis data inflasi AS di hari Rabu, pada Kamis (11/4/10) dini hari akan dirilis notula atau risalah rapat kebijakan moneter The Fed yang berisi detail lebih jelas bagaimana pandangan The Fed terhadap kondisi ekonomi AS saat ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Let's block ads! (Why?)