
Perang dagang AS-China yang kian panas membuat saham-saham di China dan Hong Kong dilego investor. Kemarin (8/5/2019), Kantor Perwakilan Dagang AS mengumumkan secara resmi bahwa bea masuk terhadap berbagai produk China senilai US$200 miliar akan naik menjadi 25% dari 10% pada hari Jumat dini hari nanti.
Kenaikan bea masuk tersebut akan terjadi di tengah-tengah pertemuan antara Wakil Perdana Menteri China Liu He dan para pejabat AS di Washington, Kamis dan Jumat waktu setempat.
Tak tinggal diam, Beijing mengancam akan membalas langkah AS tersebut.
"Pihak China sangat menyesal bahwa jika kebijakan bea impor AS dilaksanakan, China terpaksa harus mengambil langkah-langkah balasan yang diperlukan," kata Kementerian Perdagangan China di situs webnya tanpa menjelaskan lebih lanjut, dilansir dari Reuters.
Sebelumnya, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer menjelaskan bahwa China telah mundur dari komitmen-komitmen yang sudah disepakati sebelumnya sehingga AS tak memiliki pilihan lain selain mengambil kebijakan yang keras tersebut.
"Sepanjang pekan lalu kami telah melihat pudarnya komitmen dari China, yang dalam pandangan kami adalah tidak bisa diterima," papar Lighthizer kepada para awak media di Washington, Senin (6/5/2019) waktu setempat.
Selain itu, rilis data ekonomi China yang mengecewakan ikut membebani kinerja bursa saham China dan Hong Kong. Kemarin, ekspor China periode April diumumkan terkontraksi sebesar 2,7% secara tahunan, jauh lebih buruk dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 2,3%, seperti dilansir dari Trading Economics.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank)
http://bit.ly/2H5oYJW
May 09, 2019 at 03:54PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perang Dagang Hingga Data Ekonomi Rontokkan Indeks Shanghai"
Post a Comment