Empat seri SUN yang menjadi acuan adalah FR0077dengan tenor 5 tahun, FR0078 dengan tenor 10 tahun, FR0068 dengan tenor 15 tahun, dan FR0079 dengan tenor 20 tahun.
Seri obligasi pemerintah yang menguat paling besar adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan koreksi yield 1,5 basis poin (bps) menjadi 8,128%.
Sedangkan untuk seri FR0077 (tenor 5 tahun) dan FR0078 (tenor 10 tahun) juga menguat dengan koreksi yield masing-masing sebesar 1,2 dan 0,8 bps.
Adapun yield obligasi seri FR0068 yang bertenor 15 tahun menguat secara terbatas dengan koreksi yield 0,5 bps menjadi 8,02%.
Yield Obligasi Negara Acuan 2 April 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 1 April 2019 (%) | Yield 2 April 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 2 Apr'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7,129 | 7,117 | -1,20 | 7,0880 |
FR0078 | 10 tahun | 7,604 | 7,596 | -0,80 | 7,5826 |
FR0068 | 15 tahun | 8,025 | 8,02 | -0,50 | 8,0062 |
FR0079 | 20 tahun | 8,143 | 8,128 | -1,50 | 8,1373 |
Avg movement | -1,00 |
Penguatan di pasar obligasi pada hari ini juga sejalan dengan keadaan di pasar saham dalam negeri. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup di zona hijau atau naik 0,36% ke posisi 6.476,07 pada hari Selasa (2/4/2019).
Sebagai informasi, variabel harga dan yield di pasar obligasi akan berbanding terbaik. Kala harganya menguat, maka yield akan turun. Berlaku pula sebaliknya.
Yield juga lebih lumrah dijadikan acuan perdagangan obligasi karena dapat menyampaikan informasi kupon, tenor dan risiko dalam satu angka.
Perlu dicatat bahwa SUN adalah Surat Berharga Negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domersik. Oleh sebab itu, pergerakan harga SUN dapat dijadikan acuan kondisi pasar obligasi secara umum.
Tampaknya pelaku pasar masih dibuat ceria dengan adanya rilis data makroekonomi yang cemerlang dari dua negara ekonomi terbesar di dunia.
Kemarin Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur di Amerika Serikat (AS) periode Maret versi ISM dibacakan di posisi 55,3.
Lebih besar dari prediksi konsensus pasar yang sebesar 54,5. Selain itu, capaian tersebut juga melampaui nilai di bulan sebelumnya yang merupakan level paling rendah sejak November 2016.
Sebelumnya, PMI manufaktur China periode Maret versi Caixin dibacakan sebesar 50,8 yang merupakan nilai tertinggi sejak Juli 2018. Padahal konsensus pasar memperkirakan angkanya akan jatuh di posisi 50,1.
Alhasil kekhawatiran pelaku pasar akan perlambatan ekonomi global semakin surut. Minat untuk berinvestasi pada aset-aset berisiko di pasar negara berkembang makin meluap.
Akan tetapi, penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, dimana indeks INDOBeX Goverment Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) malah melemah
Pada hari ini indeks INDOBeX Goverment Total Return turun 0,09 (0,04%) menjadi 246,98 dari yang sebelumnya 247,07 pada hari Senin (1/4/2019)
Yield US Treasury Acuan 2 April 2019
Seri | Benchmark | Yield 1 April 2019 (%) | Yield 2 April 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2,401 | 2,418 | 3 bulan-5 tahun | 12,5 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2,294 | 2,302 | 2 tahun-5 tahun | 0,9 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2,243 | 2,262 | 3 tahun-5 tahun | -3,1 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2,270 | 2,293 | 3 bulan-10 tahun | -6,2 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2,446 | 2,48 | 2 tahun-10 tahun | -17,8 |
Sumber: Refinitiv |
Disamping itu, naiknya harga SBN hari ini membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah yang bertenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan tenor yang sama menjadi 511 bps. Menyempit dari posisi kemarin yang mencapai 514 bps.Yield US Treasury dengan tenor 10 tahun naik 0,03 bps menjadi 2,48% dari posisi kemarin yang sebesar 2,446%. Terkait dengan pasar U.S. Treasury saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan- 5 tahun dan 2 tahun-5 tahun.Sedangkan inversi yield obligasi tenor 3 bulan-10 tahun yang seringkali dikaitkan dengan risiko resesi tidak lagi terlihat. Bahkan selisih (spread) yield keduanya semakin lebar, yang hari ini sebesar 6,2 bps (kemarin 4,5 bps).Sebagai informasi, inversi ketika yield obligasi seri pendek lebih tinggi dibanding yield obligasi seri panjang. Kala inversi terjadi, artinya investor menilai risiko ekonomi jangka pendek lebih besar dibanding jangka panjang.Masih berdasar data yang dihimpun oleh Refinitiv, penguatan obligasi terjadi di hampir semua negara berkembang, kecuali di China, Malaysia, dan Filipina. Sedangkan pasar obligasi di sebagian besar negara maju mengalami pelemahan.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 1 April 2019 (%) | Yield 2 April 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8,985 | 8,87 | -11,50 |
China | 3,132 | 3,168 | 3,60 |
Jerman | -0,042 | -0,034 | 0,80 |
Perancis | 0,359 | 0,37 | 1,10 |
Inggris | 1,015 | 1,02 | 0,50 |
India | 7,346 | 7,291 | -5,50 |
Jepang | -0,080 | -0,063 | 1,70 |
Malaysia | 3,783 | 3,79 | 0,70 |
Filipina | 5,728 | 5,83 | 10,20 |
Rusia | 8,430 | 8,41 | -2,00 |
Singapura | 2,073 | 2,07 | -0,30 |
Thailand | 2,515 | 2,5 | -1,50 |
Amerika Serikat | 2,446 | 2,479 | 3,30 |
Afrika Selatan | 8,510 | 8,47 | -4,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)
https://ift.tt/2YFq72Z
April 03, 2019 at 01:46AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ekonomi Global Beri Harapan, Obligasi RI Lanjut Reli"
Post a Comment