Hingga pukul 17:15 WIB, harga CPO kontrak acuan Juni di Bursa Derivatives Malaysia Exchange menguat 0,33% ke posisi MYR 2.113/ton (US$ 518,01/ton) setelah terkoreksi 0,66% pada perdagangan Jumat (29/3/2019) pekan lalu.
Dalam sepekan, harga CPO terpangkas 1,26% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun harga komoditas agrikultur andalan Indonesia ini tercatat turun 0,38%.
Rilis data ekspor minyak sawit Malaysia yang dilakukan oleh beberapa surveyor kargo pada hari ini terbukti mampu menggiring harga CPO ke atas.
Intertek Testing Services (ITS) mengatakan, pengiriman minyak sawit Malaysia pada Maret meningkat 22,4% dibanding bulan sebelumnya. Senada, AmSpec Agri Malaysia juga mengumumkan peningkatan ekspor minyak sawit 22,9% pada Maret.
Berdasarkan data yang dirilis oleh ITS, peningkatan ekspor tersebut dapat terjadi lantaran adanya permintaan dari Timur Tengah, Afrika, dan China yang tumbuh.
Bila rilis data resmi oleh Malaysian Palm Oil Board (MPOB) menunjukkan hasil yang searah, maka harga CPO berpotensi untuk semakin menjulang tinggi.
Pasalnya hanya tambahan permintaan lah yang kini dapat memberi dorongan pada pergerakan harga minyak sawit.
Pada Februari lalu, inventori minyak sawit di Malaysia secara mengejutkan naik 1,3% ke posisi 3,05 juta ton, berdasarkan laporan resmi MPOB.
Padahal kala itu pelaku pasar memprediksi adanya kontraksi inventori akibat produksi sawit yang turun. Berdasarkan data historis, memang produksi akan turun di sekitar awal tahun (Desember-Februari) akibat adanya faktor musiman.
Sedangkan berdasarkan data historis, produksi pada Maret hampir selalu mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Ini berkaitan dengan faktor musiman dan adanya panen raya.
Kala permintaan meningkat, maka besar harapan stok sawit yang telah menggunung sejak akhir 2018 dapat sedikit dikuras.
Sebagai informasi, stok minyak sawit di Malaysia pada Februari 2019 masih dibukukan dengan kenaikan 1,3% di posisi 3,04 juta ton, lebih tinggi dibanding stok per Februari 2018 yang hanya 2,47 juta ton.
Namun tekanan yang dibuat oleh pelarangan penggunaan minyak sawit di Uni Eropa membuat peningkatan harga sawit hari ini agak terbatas.
Pada hari Rabu (13/3/2019), Komisi Eropa telah memberi label 'tak berkelanjutan' pada minyak sawit. Peraturan ini akan produsen biodiesel di Uni Eropa tak lagi menggunakan minyak sawit sebagai bahan campuran pada 2030.
Otomatis permintaan minyak sawit berpotensi terpangkas cukup banyak. Tak heran karena Uni Eropa merupakan pasar minyak sawit ke-2 terbesar di dunia, hanya kalah dai India.
Pada 2018 saja, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke Uni Eropa mencapai lebih dari 3 juta ton. Sedangkan ke India lebih dari 7 juta ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/taa)
https://ift.tt/2OFC4AT
April 02, 2019 at 12:51AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Permintaan Sawit Timur Tengah Meningkat, Harga CPO Terangkat"
Post a Comment