
Wimboh menjelaskan kondisi tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya karena normalisasi kebijakan The Fed, dengan agresif menaikkan bunga acuan, sudah mereda. Bahkan sekarang suku bunga The Fed diprediksi akan turun.
"Hal ini akan diikuti kebijakan negara berkembang yang lebih longgar. Ini positif karena banyak capital inflow (dana asing masuk). Kalau 2018 banyak capital outflow (dana asing keluar). Tahun ini bersiap untuk inflow dan di mulai di 2019 di mana cadev (cadangan devisa) kita sekarang bertambah US$24 miliar," jelas Wimboh kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/4/2019).
Wimboh mengungkapkan tahun 2018 terjadi volatilitas pasar yang tinggi karena normalisasi kebijakan AS, perang dagang AS-China yang memengaruhi negara berkembang. Kedua hal ini diikuti dengan penyesuaian suku bunga acuan yang mendongkrak suku bunga pendanaan perbankan.
"Ini tidak ditransmisikan ke kredit. Jadi kredit tumbuh menggembirakan 12%, laba perbankan cukup tinggi walaupun margin agak turun, skala operasi besar, fee based besar. NPL selalu lebih rendah, terakhir NPL gross 2,4% dan NPL net di bawah 2%," tambah Wimboh.Wimboh menambahkan adanya tanda positif kelonggaran likuiditas, ini waktunya bersiap menurunkan suku bunga dan rupiah yang lebih stabil.
"2019 pertumbuhan lebih mudah di banding 2018, meski ini bukan berarti tidak ada hal-hal yang diperhatikan," jelas Wimboh.
"Kemungkinan prediksi ekonomi global [turun] berdampak secara langsung pada pertumbuhan permintaan barang Indonesia. Kalau Mitra China turun akan berpengaruh ke Indonesia."
(roy/dru)
http://bit.ly/2Gta5AP
April 23, 2019 at 11:45PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "RI Bakal Banjir Capital Inflow, Likuiditas Perbankan Longgar"
Post a Comment