Kedua mata uang tersebut mulai bergairah setelah keputusan Perdana Menteri Inggris Theresa May untuk bekerja sama dengan partai oposisi, Partai Buruh. May adalah Ketua Partai Konservatif.
Langkah May berkompromi dengan pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn menjadi yang pertama kali sejak pemungutan suara Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa) pada 2016.
Selanjutnya May akan meminta opsi perpanjangan waktu bagi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (EU). Strategi ini akan membuka pintu untuk bagi terealisasinya soft Brexit dengan adanya kesepakatan terkait isu kepabean atau referendum kedua.
Ekonomi Inggris diperkirakan mengalami kelesuan dalam beberapa bulan mendatang seiring dengan adanya kekhawatiran akan terhadi hard Brexit. Sektor jasa diperkirakan akan terlebih dahulu terkontraksi.
Hal ini terlihat dalam Indeks Pembelian Manajer (IHS Markit / CIPS layanan jasa HIS) yang turun menjadi 48,9 pada Maret lalu, dari level 51,3 pada Februari. Ini pertama kalinya terjadi di bawah level 50 sejak Juli 2016. Angka tersebut juga lebih rendah dari perkiraan para ekonom yang dihimpun Reuters.
Pergerakan GBP/USD
Hingga pukul 18:20 WIB, Rabu ini (3/4/2019), pounsterling menguat 0,53% di level 1,3167/US$. Pound dalam jangka pendek diperkirakan menguat karena bergerak di atas rata-rata harganya selama lima hari (moving average/MA5).
Sumber: Refinitiv
|
Ruang penguatan GBP diperkirakan masih terbuka, karena secara momentum mata uang negeri Ratu Elizabeth ini belum memasuki wilayah jenuh beli (overbought), mengacu pada indikator teknikal stochastic slow yang menguji tingkat kejenuhan suatu pasar.
GBP berpotensi menguji level penghalang penguatan (resistance) pada 1,3207/$US.
Pergerakan EUR/USD
Di sisi lain, hingga pukul 18:24 WIB, euro menguat 0,3% pada level 1,1246/US$. EUR dalam jangka pendek juga diperkirakan menguat karena posisinya cenderung menguat dengan bergerak di atas rata-rata harganya selama lima hari (moving average/MA5).
Sumber: Refinitiv
|
Ruang penguatan EUR diperkirakan masih terbuka, secara momentum karena sedang berada di wilayah jenuh jual (oversold), mengacu pada indikator teknikal stochastic slow yang menguji tingkat kejenuhan suatu pasar.
EUR berpotensi menguji level penghalang penguatan (resistance) pada level 1,1265/$US.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas)
https://ift.tt/2CS117E
April 04, 2019 at 02:36AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Theresa May Gandeng Oposisi, Euro dan Pound Menguat"
Post a Comment