Melansir Bloomberg, menggunakan data Indeks Volatilitas JP Morgan, dalam 25 tahun terakhir sebanyak tiga kali indeks tersebut menunjukkan volatilitas yang rendah. Setiap kali muncul, dalam enam bulan setelahnya dolar AS bergerak lebih dari 10%, entah itu menguat atau melemah.
Sumber: Bloomberg
|
Gambar di atas menunjukkan perbandingan volatilitas dengan pergerakan indeks dolar AS. Garis biru menunjukkan volatiltas pasar forex, sementara garis putih menunjukkan indeks dolar AS. Ketika volatiltas turun, indeks dolar selalu terlihat meningkat signifikan.
Hasil analisis Bloomberg tersebut juga diperkuat dengan pernyataan beberapa analis. Callum Thomas, pendiri Topdown Chart, mengungkapkan setiap kali pola volatilitas rendah muncul akan dikuti dengan pergerakan besar. Hal tersebut dikatakan bagus bagi trader baik yang bullish (memperkirakan dolar akan menguat) ataupun bagi yang bearish (memperkirakan dolar akan melemah).
Semakin tinggi volatilitas di pasar forex, maka semakin cepat dan besar keuntungan yang bisa diraih oleh para trader.
Ketika volatilitas rendah di tahun 1996, setelahnya dolar menguat sebesar 10%. Begitu juga di tahun 2014, ketika volatilitas terus menurun dalam enam bulan setelahnya dolar menguat sekitar 15%. Sebaliknya di tahun 2007 setelah muncul pola volatilitas rendah, dolar anjlok 10 dalam beberapa bulan setelahnya, melansir laporan Bloomberg.
Sepanjang tahun ini, indeks dolar menguat 0,8%, bandingkan dengan kenaikan 4,4% di 2018, dan penurunan 9,9% di tahun 2017. Data tersebut menunjukkan penurunan pergerakan indeks dolar.
Indeks Volatilitas JP Morgan saat ini berada di level terendah dalam lima tahun terakhir, sehingga kemungkinan dolar akan mengalami pergerakan besar lagi dalam enam bulan ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
http://bit.ly/2V7jFCI
April 18, 2019 at 04:22AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Trader Forex, Bersiaplah untuk Pergerakan Besar Dolar AS!"
Post a Comment