Search

AS Kian Panas Lawan Eropa dan Iran, Pasar Obligasi Memerah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi lebih dalam pada penutupan sore ini, Rabu (24/4/2019), melanjutkan koreksi yang terjadi di awal perdagangan.

Pelemahan harga terjadi ketika dunia dikhawatirkan dengan naiknya tensi antara Iran-Amerika Serikat (AS) dan AS-Uni Eropa.

Hubungan AS-Iran makin runcing terkait dengan embargo minyak, sementara perseteruan AS-Uni Eropa terkait dengan Harley Davidson yang labanya tergerus karena bea yang diterapkan Eropa.

Sentimen global ini ikut memantik persepsi investor di pasar obligasi, termasuk Indonesia.


Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang dan negara maju yang lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 5,6 basis poin (bps) menjadi  8,26%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

  

Yield Obligasi Negara Acuan 24 Apr'19
Seri Jatuh tempo Yield 23 Apr'19 (%) Yield 24 Apr'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 24 Apr'19
FR0077 5 tahun 7.126 7.165 3.90 7.1313
FR0078 10 tahun 7.652 7.68 2.80 7.678
FR0068 15 tahun 8.087 8.131 4.40 8.1106
FR0079 20 tahun 8.209 8.265 5.60 8.2536
Avg movement 4.18
Sumber: Refinitiv  

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.

Indeks tersebut turun 0,35 poin (0,14%) menjadi 247,65 dari posisi kemarin 248,01. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 514 bps, melebar dari posisi kemarin 508 bps.

Yield US Treasury
10 tahun turun hingga 2,53% dari posisi kemarin 2,57%. Terkait dengan pasar US Treasury, tadi pagi inversi seri 2 tahun-5 tahun mulai hilang meskipun muncul lagi menjelang penutupan.

Inversi tenor 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu. 


Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat.

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.   

Yield US Treasury Acuan 24 Apr 2019
Seri Benchmark Yield 23 Apr'19 (%) Yield 24 Apr'19 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2.45 2.438 3 bulan-5 tahun 11.4
UST 2020 2 Tahun 2.364 2.33 2 tahun-5 tahun 0.6
UST 2021 3 Tahun 2.335 2.299 3 tahun-5 tahun -2.5
UST 2023 5 Tahun 2.361 2.324 3 bulan-10 tahun -9.8
UST 2028 10 Tahun 2.57 2.536 2 tahun-10 tahun -20.6
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 953,58 triliun SBN, atau 38,44% dari total beredar Rp 2.480 triliun berdasarkan data per 23 April.

Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 60,33 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,23%. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, India, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Di negara maju, penguatan terjadi secara luas yaitu di pasar bund Jermam, OAT Perancis, gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury AS. 
  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara Yield 23 Apr'19 (%) Yield 24 Apr'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 8.98 8.88 -10.00
China 3.434 3.435 0.10
Jerman 0.042 0.009 -3.30
Perancis 0.396 0.368 -2.80
Inggris 1.227 1.19 -3.70
India 7.474 7.424 -5.00
Jepang -0.029 -0.033 -0.40
Malaysia 3.891 3.858 -3.30
Filipina 6.124 6.068 -5.60
Rusia 8.25 8.27 2.00
Singapura 2.195 2.16 -3.50
Thailand 2.5 2.48 -2.00
Amerika Serikat 2.57 2.536 -3.40
Afrika Selatan 8.465 8.56 9.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2UWOgDJ
April 25, 2019 at 01:24AM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "AS Kian Panas Lawan Eropa dan Iran, Pasar Obligasi Memerah"

Post a Comment

Powered by Blogger.