Hal ini menyebabkan neraca perdagangan di Maret 2019 mengalami surplus sebesar US$ 540 juta.
Demikian diungkapkan Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Senin (15/4/2019).
Dari segi impor, pada migas tercatat mengalami penurunan signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tercatat, impor migas sepanjang kuartal I 2019 sebesar US$ 4,78 miliar, turun dari US$ 6,73 miliar di kuartal I 2018.
BPS menyebutkan, secara kuartal I tahun ini impor migas memang mengalami penurunan 32,78% untuk diesel dan turun 31,17% untuk migas jika dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu.
Menanggapi hal ini, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman menuturkan, Pertamina telah berkontribusi untuk menurunkan impor migas tersebut. Ia mengatakan, sepanjang kuartal I 2019 ini upaya perusahaan untuk menekan impor dengan melakukan pembelian minyak mentah langsung dari KKKS lain.
"Impor crude oil yang dilakukan Pertamina disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri. Sehingga, jumlahnya disesuaikan dengan kekurangan jumlah crude yang belum bisa dipenuhi dari dalam negeri," tutur Fajriyah saat dihubungi Selasa (16/4/2019).
Adapun, lanjutnya, sampai akhir Maret 2019, Pertamina telah membeli minyak mentah dan kondensat domestik sebanyak 127,7 MBCD dari 30 KKKS.
Sementara itu, melalui akun media sosial Instagram miliknya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyebutkan, defisit neraca dagang bukan karena impor BBM semata namun ekspor produk Indonesia yang perlu didorong agar semakin besar.
"Jepang, China, Eropa, Amerika Serikat juga impor energi, dan ekspor mereka biasanya setara atau jauh lebih besar dari impor energinya," tulis Jonan.
Simak video tentang neraca dagang di bawah ini
[Gambas:Video CNBC] (gus)
http://bit.ly/2GiCXvt
April 17, 2019 at 12:55AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bukan Sulap, Ini Sebab Impor Migas RI Turun di Kuartal I-2019"
Post a Comment