Serangkaian ledakan bom yang terjadi di tiga gereja dan empat hotel itu menewaskan sedikitnya 359 orang dan melukai lebih dari 500 lainnya. Ini adalah serangan terburuk sejak berakhirnya perang saudara di Sri Lanka 10 tahun lalu.
"IGP telah mengundurkan diri. Dia telah mengirim surat pengunduran dirinya kepada pelaksana tugas menteri pertahanan. Saya akan segera mencalonkan IGP baru," katanya kepada wartawan, dilansir dari Channel News Asia.
Calon dari Sirisena harus disetujui oleh dewan konstitusi.
Pengunduran diri itu dilakukan setelah Menteri Pertahanan Hemasiri Fernando juga mundur, Kamis.
Kejadian ini memperlihatkan kegagalan besar intelijen Sri Lanka karena sebenarnya telah ada peringatan akan adanya serangan tersebut namun tidak direspons dengan baik di tingkat pemerintahan tertinggi.
"Ini adalah kesalahan besar dalam hal pembagian informasi intelijen," kata Wakil Menteri Pertahanan Ruwan Wijewardene. "Kita harus bertanggung jawab."
Lakshman Kiriella, pemimpin parlemen, mengatakan para pejabat tinggi sengaja menyembunyikan informasi tentang kemungkinan serangan tersebut.
![]() |
"Para pejabat keamanan tingkat tinggi tidak mengambil tindakan yang tepat," tambah Kiriella, yang juga menteri perusahaan publik, kepada parlemen.
Dia mengatakan informasi tentang kemungkinan serangan diterima dari intelijen India pada 4 April dan pertemuan Dewan Keamanan yang dipimpin oleh Presiden Maithripala Sirisena tiga hari kemudian, tetapi informasi tersebut tidak dibagikan secara lebih luas.
Sirisena mengatakan kantornya tidak pernah menerima laporan India itu. Perdana menteri juga belum diberitahu tentang peringatan adanya serangan, kata seorang menteri.
Dua sumber yang dekat dengan presiden mengatakan sang pemimpin telah meminta kepala polisi dan menteri pertahanan untuk mengundurkan diri menyusul terjadinya insiden itu.
Saksikan video mengenai penyelidikan serangan bom Sri Lanka berikut ini.
(prm/prm)
http://bit.ly/2GE4tDO
April 27, 2019 at 12:06AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Buntut Bom Sri Lanka, Kepala Polisi dan Menhan Mundur"
Post a Comment