Search

H-1 Pemilu, Investor Tak Jor-joran Serap Sukuk RI Saat Lelang

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerbitkan surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) senilai Rp 6,06 triliun dalam lelang hari ini, yang relatif lebih rendah daripada catatan historis penerbitan sukuk serupa sejak awal tahun. Minimnya nilai penerbitan tersebut terjadi justru ketika pasar obligasi secara umum masih menguat hari ini di tengah sentimen positif dari damai dagang China-Amerika Serikat dan meningkatnya cadangan devisa Indonesia. Nilai penerbitan tersebut lebih kecil daripada lelang sebelumnya Rp 8,03 triliun dan juga masih lebih rendah daripada rerata lelang sukuk sejak awal tahun ini yaitu Rp 8,63 triliun. Dari sisi penawaran, pemerintah menerima total Rp 18,51 triliun disampaikan peserta lelang, lebih tinggi dari lelang terakhir Rp 18,41 triliun tetapi masih jauh dari rerata penawaran sejak awal tahun Rp 22,53 triliun.  Hal tersebut mengindikasikan adanya keengganan investor dalam turut serta dalam lelang sukuk kali ini. 

Lelang sukuk tersebut merupakan mekanisme penerbitan rutin yang dilakukan pemerintah selama 2 pekan sekali, berseling dengan lelang SUN konvensional.

Dari enam seri efek utang syariah yang dilelang Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) hari ini, hanya lima seri yang akhirnya diterbitkan. Seri tersebut adalah sukuk berbasis proyek (project based sukuk/PBS) seri 014 di mana penawaran untuk seri tersebut sebetulnya mencapai Rp 6,42 triliun, di atas penawaran lima seri yang lain. Lima seri yang lain adalah surat perbendaharaan negara (SPN) syariah seri 03102019 dengan penawaran Rp 5,93 triliun, PBS-021 Rp 1,3 triliun, PBS-022 Rp 1,73 triliun, dan PBS-015 Rp 2,09 triliun. SPN adalah seri efek utang pemerintah yang bertenor kurang dari setahun.  Dari seri yang diterbitkan, masing-masing nilai penerbitannya untuk SPNS03102019, PBS-021, PBS-022, dan PBS-015 adalah Rp 1,8 triliun, Rp 900 miliar, Rp 990 miliar, Rp 1,72 triliun, dan Rp 650 miliar.  

Hari ini, pasar obligasi sedang positif karena sentimen dari damai dagang dan faktor cadangan devisa domestik. 

Penguatan terjadi pada hampir seluruh empat seri surat utang negara (SUN) acuan dan membuat tingkat imbal hasilnya (yield) turun.

Penurunan yield menunjukkan adanya penguatan harga obligasi karena pergerakan keduanya saling bertolak belakang. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 4,4 basis poin (bps) menjadi 8,19%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

 Yield Obligasi Negara Acuan 16 Apr'19

Seri Jatuh tempo Yield 15 Apr'19 (%) Yield 16 Apr'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 16 Apr'19
FR0077 5 tahun 7.145 7.128 -1.70 7.078
FR0078 10 tahun 7.664 7.629 -3.50 7.5839
FR0068 15 tahun 8.088 8.049 -3.90 8.0082
FR0079 20 tahun 8.234 8.19 -4.40 8.1463
Avg movement -3.38
Sumber: Refinitiv  Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercerminpada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  Indeks tersebut naik 0,59 poin (0,24%) menjadi 247,9 dari posisi kemarin 249,3. Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 507 bps, menyempit dari posisi kemarin 510 bps.  Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,55% dari posisi kemarin 2,56%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu. Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.  

Yield US Treasury Acuan 16 Apr 2019

Seri Benchmark Yield 15 Apr'19 (%) Yield 16 Apr'19 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2.423 2.433 3 bulan-5 tahun 6.6
UST 2020 2 Tahun 2.392 2.386 2 tahun-5 tahun 1.9
UST 2021 3 Tahun 2.359 2.351 3 tahun-5 tahun -1.6
UST 2023 5 Tahun 2.37 2.367 3 bulan-10 tahun -12
UST 2028 10 Tahun 2.553 2.553 2 tahun-10 tahun -16.7
Sumber: Refinitiv  Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 953,14 triliun SBN, atau 38,5% dari total beredar Rp 2.475 triliun berdasarkan data per 15 April.  Angka kepemilikannya masih positifRp59,89 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadidi pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya naik 0,72% dan -0,18%. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya terjadi di Brasil dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, OAT Perancis, dan gilt Inggris.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara Yield 15 Apr'19 (%) Yield 16 Apr'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 8.99 8.91 -8.00
China 3.375 3.404 2.90
Jerman 0.054 0.043 -1.10
Perancis 0.419 0.414 -0.50
Inggris 1.22 1.214 -0.60
India 7.393 7.397 0.40
Jepang -0.033 -0.02 1.30
Malaysia 3.766 3.822 5.60
Filipina 6.104 6.135 3.10
Rusia 8.23 8.25 2.00
Singapura 2.111 2.136 2.50
Thailand 2.455 2.49 3.50
Amerika Serikat 2.553 2.553 0.00
Afrika Selatan 8.485 8.475 -1.00
Sumber: Refinitiv 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(irv/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2ZgWjJZ
April 17, 2019 at 12:47AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "H-1 Pemilu, Investor Tak Jor-joran Serap Sukuk RI Saat Lelang"

Post a Comment

Powered by Blogger.