
Level HBA pada April ini masih di tren rendah, melanjutkan tren penurunan sejak beberapa bulan terakhir di tahun ini. Pada Januari lalu HBA di level US$ 92,41 per ton, lalu Februari US$ 91,80/ton, dan Maret US$ 90,57/ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menuturkan, saat ini memang masa yang cukup menantang bagi batu bara, di tengah volatilitas harga komoditas. Sehingga, permintaan untuk batu bara memang sedang melemah, dan membuat harga si emas hitam ini turun.
"Faktor pembentukan harga banyak indikatornya, yang jelas memang permintaan di tahun ini cenderung masih stagnan tidak lebih baik dari tahun lalu. Apalagi, ekonomi kedua negara utama impor batu bara sedang melemah," ujar Hendra kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Jumat (5/4/2019).
Lebih lanjut, Hendra mengatakan, ke depannya, tren harga batu bara dinilai masih akan menunjukkan pelemahan jika melihat kondisi global dan juga pasar China yang masih diliputi ketidakpastian.
"Volatilitasnya masih tinggi dan tidak bisa diprediksi. Bisa saja nanti menguat, tetapi bisa juga menukik," pungkas Hendra.
Adapun, sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (Biro KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan, berdasarkan kondisi pasar global, penyebab penurunan HBA pada April 2019 dipengaruhi oleh adanya pembatasan impor batu bara oleh India, pasalnya beberapa pabrik keramik di Negeri Anak Benua tersebut ada yang ditutup sementara disebabkan masalah lingkungan.
Selain itu, berkurangnya pasokan batu bara Australia ke China membuat Negeri Tirai Bambu tersebut memperbanyak produksi batu bara untuk memenuhi kebutuhan domestik.
"Permintaan Rusia untuk memasok batu bara ke negara Eropa pun menurun, menyebabkan banyak batu bara Rusia yang dijual ke negara lain seperti Jepang dan Korea," jelas Agung.
Hal itu membuat berkurangnya pasokan batu bara Indonesia ke negara Jepang dan Korea.
Sebagai perbandingan, data Tim Riset CNBC Indonesia, mencatat, harga batu bara Newcastle (patokan pasar global) kontrak April pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (4/4/2019) amblas 1,65% ke posisi US$ 77,7/metrik ton, setelah sebelumnya juga menukik tajam hingga 2,59% pada perdagangan Rabu.
Selama sepekan, harga batu bara turun sebesar 16,41% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun harganya juga tercatat melemah 23,86%. Pelemahan harga batu bara yang terjadi pada perdagangan kemarin merupakan hari yang ke-6 secara berturut-turut.
Simak video ekspor batu bara di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC] (gus/gus)
http://bit.ly/2TTXYl6
April 05, 2019 at 09:18PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Sebab Harga Batu Bara Merosot ke Level US$ 88,85/Ton"
Post a Comment