Search

Jokowi Effect di Pasar Modal Indonesia, Sampai Kapan?

- Sepanjang pekan pendek perdagangan pekan lalu yang hanya 3 hari karena libur Pemilu 2019 dan Jumat Agung, pasar saham Indonesia

sampai 1,58%.

Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak lain dan tak bukan karena didorong Jokowi Effect setelah pasangan petahana itu mengungguli pasangan capres cawapres pesaingnya, Prabowo-Sandiaga, dalam perhitungan cepat atau quick count.

IHSG berhasil ditutup di level 6.507,22 poin pada perdagangan terakhir yakni Kamis (18/4/2019) dipicu ekspektasi pelaku pasar yang optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Hal ini mengingat dengan pemerintahan petahana, maka arah kebijakan negara juga kemungkinan besar tak akan banyak berubah. Dengan begitu pasar keuangan dalam negeri masih berpotensi menyerap modal asing lebih banyak.

"Kami pikir terpilihnya kembali Jokowi sebagai Presiden Indonesia akan memicu lebih banyak arus modal asing masuk ke pasar saham Indonesia," kata Hariyanto Wijaya, Analis Senior PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam Strategy Focus yang dirilis, Kamis (18/04).

Pada penutupan perdagangan pekan lalu, akumulasi beli bersih (net buy) asing mencapai Rp 1,43 triliun.

Di pasar reguler, asing tercatat net buy mencapai Rp 1,41 triliun. Secara year to date atau tahun berjalan, total akumulasi beli bersih asing mencapai Rp 15,21 triliun. Dari jumlah itu, di pasar reguler net buy asing mencapai Rp 9,13 triliun.

Perusahaan manajemen investasi PT Bahana TCW Investment Management memperkirakan hasil hitung cepat akan membawa dampak positif ke pasar keuangan domestik.

Net buy
asing bahkan diperkirakan akan melampaui US$ 6 miliar atau sekitar Rp 84,35 triliun, lebih besar dari 2018.

"Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tetap dipercaya oleh asing meskipun sedang melaksanakan pemilu. Arus inflow pasar saham dan obligasi mencapai US$ 6 miliar, jauh lebih besar dari total inflow 2018," kata Chief Economist Bahana TCW Budi Hikmat dalam ulasan Post-Election Brief yang dipublikasikan, Kamis (18/04).

Di sisi lain, perusahaan manajemen investasi asal Inggris, Ashmore, juga memprediksi total modal asing yang masuk ke pasar modal Indonesia tahun ini bisa mencapai US$ 1,5 miliar atau setara Rp 21,3 triliun.

Sejak awal tahun hingga saat ini, modal asing yang masuk sudah sampai US$ 1 miliar.

Adapun untuk IHSG, DBS Group Research memprediksi akan mencapai level 6.900 poin dari sebelumnya 6.500 hingga akhir tahun ini.

Proyeksi itu didasarkan atas perkiraan kinerja pasar saham domestik yang menguat seiring sikap pelaku pasar yang merespons terpilihnya kembali sang petahana, Presiden Joko Widodo, memimpin Indonesia dalam 5 tahun ke depan.

"Kami menegaskan peringkat overweight kami untuk Indonesia, dan meningkatkan target IHSG kami dari 6.500 menjadi 6.900," tulis DBS Research dalam risetnya, Sabtu (20/4).

Di pasar saham, rekomendasi overweight adalah prediksi ketika saham bakal naik melebihi sekumpulan saham yang menjadi patokan.

Sektor yang akan menjadi unggulan ke depan antara lain yang terkait dengan infrastruktur seperti, konstruksi, jalan tol, dan semen.

Selain itu, sektor properti industri akan tumbuh positif dengan asumsi Jokowi dapat meningkatkan investasi dan manufaktur. Sektor energi dan perbankan juga trennya akan tumbuh positif.

DBS menjelaskan, investor dapat mengetahui apa yang bisa diharapkan berdasarkan rekam jejak kinerja pemerintahan Jokowi.

Dapat dipastikan, pembangunan infrastruktur akan berlanjut, disertai rencana lebih fokus pada pengembangan sumber daya manusia. Penekanan lain adalah pemerataan kekayaan dan pengembangan desa di luar Jawa.

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2Ver8QB
April 22, 2019 at 03:15PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Jokowi Effect di Pasar Modal Indonesia, Sampai Kapan?"

Post a Comment

Powered by Blogger.