
Dolar terpantau melemah terhadap mayoritas terhadap euro sekitar 0,16%, dan terhadap yen sekitar 0,13%. Sementara terhadap poundsterling, dolar menguat tipis 0,02% setelah tertekan sepanjang perdagangan sesi Asia dan awal sesi Eropa.
Semenjak rilis data tenaga kerja AS pada Jumat (5/4/19) dolar belum mampu bangkit kembali. Data yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS tersebut salah satunya menunjukkan rata-rata upah per jam naik sebesar 0,1%.
Kenaikan yang rendah tersebut menjadi ganjalan bagi para pelaku pasar ketika melihat prediksi dari inflasi AS yang akan dirilis Rabu (9/4/19) besok. Melansir data dari Forex Factory, inflasi bulan Maret diprediksi sebesar 0,3%.
Kenaikan inflasi yang lebih tinggi dari kenaikan upah tentunya akan menurunkan daya beli masyarakat yang berdampak buruk bagi perekonomian AS di tiga bulan pertama tahun ini.
Hal tersebut membuat pelaku pasar kembali melihat potensi pelambatan ekonomi AS, yang membuat dolar sulit bangkit.
Musim laporan earning perusahaan-perusahaan AS yang sudah dimulai juga membuat pelaku pasar waspada, setidaknya laporan tersebut memberikan gambaran kinerja dunia usaha yang tentunya ada hubungannya dengan kondisi ekonomi.
Faktor-faktor di atas membuat pelaku pasar kembali masuk ke aset aman seperti obligasi, terbukti yield obligasi AS kembali turun pada perdagangan hari ini.
Rilis data inflasi besok serta notula atau risalah rapat kebijakan moneter The Fed pada Kamis (11/4/19) dini hari kemungkinan akan menjadi penentu arah dolar di pekan ini, apakah akan terus melemah atau bisa bangkit.
Sebelumnya Rabu pagi akan ada dua pejabat The Fed yang akan berbicara, jika menyinggung masalah kebijakan moneter kemungkinan juga akan berdampak pada pergerakan dolar.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/dru)
http://bit.ly/2WWVp3o
April 10, 2019 at 02:11AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kapan Bisa Menguat Lagi, Dolar?"
Post a Comment