Search

Lagi-Lagi Rusia Bikin Harga Minyak Melorot

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kembali melorot pada perdagangan hari Senin (15/4/2019) pagi. Pasalnya kekhawatiran peningkatan pasokan kembali menyelimuti pelaku pasar setelah Rusia berkomentar.

Pada pukul 08:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juni terkoreksi 0,52% ke posisi US$ 71,18/barel. Sedangkan harga minyak light sweet (WTI) kontrak pengiriman Mei amblas 0,69% ke level US$ 63,45/barel.

Negeri Beruang Merah dan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) kemungkinan akan meningkatkan produksi untuk merebut pangsa pasar dari Amerika Serikat (AS). Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov pada hari Sabtu (13/4/2019), seperti yang dilaporkan TASS, mengutip Reuters.

"Ini memang sebuah dilema. Apa yang harus kita lakukan dengan OPEC, apa kita harus kehilangan pasar yang selama ini dipegang oleh AS, atau keluar dari kesepakatan [pemangkasan produksi minyak]?" ujar Siluanov di Washington.

Bila benar itu dilakukan, Siluanov memprediksi harga minyak bisa kembali terperosok hingga US$ 40/barel atau bahkan lebih rendah dalam jangka waktu satu tahun.

Meski demikian, dirinya menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada kesepakatan lanjutan apapun dengan OPEC. Namun sinyal-sinyal ini sudah bisa membuat pelaku pasar harap-harap cemas.

Seperti yang telah diketahui, pada awal Desember 2018 silam, OPEC bersama sekutunya (termasuk Rusia) sepakat untuk memangkas produksi minyak hingga 1,2 juta barel/hari. Sejauh ini kebijakan tersebut terbukti ampun membuat harga minyak meroket.

Pada akhir pekan lalu harga Brent dan WTi tercatat menguat masing-masing sebesar 1,72% dan 1,28% dalam sepekan secara point-to point. Membuat rata-rata kenaikan keduanya sebesar 36,02% sejak awal tahun 2019.

Selain itu, produksi minyak Negeri Paman Sam juga berpotensi meningkat lagi dalam waktu dekat.

Pasalnya jumlah rig minyak aktif di AS untuk minggu yang berakhir pada 12 April naik lagi ke posisi 833 unit, berdasarkan pengumuman yang dilakukan oleh Baker Huges. Ini merupakan minggu kedua secara beruntun dimana rig minyak AS meningkat.

Jumlah rig dapat mencerminkan kapasitas produksi minyak di ladang-ladang yang tersebar di seluruh wilayah AS. Kala jumlahnya meningkat, produksi minyak juga berpotensi naik.

Selama ini, peningkatan produksi minyak AS memang telah membuat pasar agak grogi. Sejak awal tahun 2018 saja peningkatannya mencapai lebih dari 2 juta barel/hari. Hal itu juga yang membuat harga minyak terjun bebas sepanjang kuartal IV-2018.

Setidaknya masih ada energi positif yang membuat koreksi harga minyak tidak terlalu dalam.

Dari Libya, konflik bersenjata yang kembali pecah berpotensi membuat aktifitas produksi menjadi habis sama sekali. Peringatan tersebut diungkapkan oleh pemimpin National Oil Corporation (NOC), Mustafa Sanalla pada hari Jumat (12/4/2019), mengutip Reuters. Sebagai informasi, NOC merupakan perusahaan minyak milik pemerintah Libya.

Pada hari yang sama, sebuah pesawat tempur melakukan aksi pemboman di sekitar kilang Mellitah, yang merupakan tempat pengolahan minyak dan gas yang dioperasikan bersama oleh Eni dan NOC. Diketahui bahwa kilang tersebut merupakan pemasok gas Itali yang melalui jaringan pipa Greenstream. Alhasil, pasokan ke Eropa makin seret,

Pelaku pasar juga dibuat mengapresiasi harga minyak karena adanya faktor dari sisi permintaan. Pekan lalu, China mengumumkan nilai ekspor periode Maret 2019 yang ternyata berhasil meningkat 14,2% Yoy. Peningkatan tersebut merupakan yang paling pesat dalam 5 bulan terakhir.

Keadaan ini membuat pelaku pasar optimis permintaan minyak tahun ini akan terus tumbuh. Pasalnya geliat aktifitas ekonomi akan sejalan dengan kebutuhan energi, yang salah satunya berasal dari minyak bumi.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2UdWlPb
April 15, 2019 at 04:08PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Lagi-Lagi Rusia Bikin Harga Minyak Melorot"

Post a Comment

Powered by Blogger.