
Namun poundsterling sepertinya bergeming, di awal perdagangan sesi Eropa Selasa (23/4/19) mata uang Inggris ini diperdagangkan di kisaran US$ 1,2991 pada pukul 15:11 WIB, tidak jauh dari penutupan Senin (22/4/19) kemarin di level US$ 1,2978.
Para elite Partai Konservatif akan berkumpul pada Selasa siang waktu setempat, untuk mendiskusikan rencana agar PM May mau mengundurkan diri dalam "beberapa hari ke depan", melansir Business Insider.
Elite-elite partai yang dipimpin PM May tersebut geram akibat Brexit yang ditunda hingga dua kali, dan akan mendiskusikan untuk merubah aturan partai agar bisa mengajukan mosi tidak percaya.
Dengan aturan yang ada sekarang, Partai Konservatif tidak bisa mengajukan mosi tidak percaya kepada pimpinannya sampai bulan Desember tahun ini. Hal ini terjadi karena pada akhir tahun lalu mereka telah mengajukan mosi tidak percaya, dan Theresa May masih diputuskan layak memimpin partai.
Salah satu elite Partai Konservatif, Nigel Evans, mengatakan cara PM May menangani Brexit membuat jadi kacau, dan ia seharusnya mengundurkan diri. Ia juga merekomendasikan agar PM May mengundurkan diri dalam beberapa hari ke depan, dan akan sangat senang jika May yang menjadi perdana menteri dan pimpinan Partai Konservatif sejak 2016 itu mengumumkan pengunduran dirinya hari ini.
Kisruh Brexit ini membuat poundsterling kesulitan untuk bangkit, bahkan saat data-data menunjukkan kekuatan perekonomian Inggris.
Office for National Statistic (ONS) pada pekan lalu melaporkan setidaknya empat data yang menunjukkan kekuatan ekonomi Inggris pada pekan lalu.
Rata-rata upah dilaporkan naik sebesar 3,5% dalam tiga bukan hingga Februari 2019, yang menjadi kenaikan tertinggi dalam 10 tahun, dengan tingkat pengangguran sebesar 3,9% (terendah dalam 44 tahun terakhir. Sejak pertengahan 2018, upah pekerja Inggris terus dalam tren meningkat.
Kenaikan harga-harga atau inflasi di Inggris stagnan di level 1,9% di bulan Maret, kenaikan upah yang jauh di atas inflasi tentunya akan bagus untuk daya beli warga Inggris. Data lain menunjukkan penjualan ritel di bulan Maret dilaporkan naik sebesar 1,1%, dari bulan sebelumnya yang naik 0,6%.
Bagaimana nasib PM May selanjutnya akan menjadi katalis yang menentukan arah pergerakan poundsterling.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/hps)
http://bit.ly/2Xv4TmW
April 23, 2019 at 11:32PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "PM Inggris akan Dipaksa Mundur? Pound Bergeming"
Post a Comment