
Sentimen pada hari ini memang bercampur aduk sehingga membuat investor di bursa saham Benua Kuning galau. Di satu sisi, terdapat optimisme bahwa perekonomian dunia tidak akan mengalami hard landing pada tahun ini.
Belum lama ini, International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksinya atas pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2019 menjadi 3,3%, dari yang sebelumnya 3,5% pada proyeksi yang dibuat bulan Januari.
Sebagai informasi, perekonomian dunia tumbuh hingga 3,6% pada tahun 2018.
Data ekonomi yang dirilis belakangan ini di negara-negara dengan nilai perekonomian raksasa seperti China dan AS menunjukkan bahwa laju perekonomian dunia masih oke, sehingga hard landing akan bisa dihindari.
Pada pekan lalu, pertumbuhan ekonomi China periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 6,4% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 6,3% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
Beralih ke AS, penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Namun di sisi lain, kinclongnya data ekonomi AS memantik ekspektasi bahwa The Federal Reserve/The Fed selaku bank sentral AS tidak akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 23 April 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini adalah sebesar 36,9%, turun dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 38,1%.
Jika dibandingkan dengan posisi bulan lalu yang sebesar 38,8%, maka penurunannya lebih besar lagi.
Sementara itu, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps turun menjadi 9,9% dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 10,8%. Sebulan yang lalu, probabilitasnya berada di angka 13,1%.
Di saat perang dagang AS dengan China belum bisa diselesaikan, pemangkasan tingkat suku bunga acuan oleh The Fed dianggap sebagai opsi yang paling bijak.
Investor yang kecewa lantaran kini ada peluang bahwa The Fed tak akan memangkas tingkat suku bunga acuan lantas melakukan aksi jual di bursa saham Benua Kuning.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
http://bit.ly/2UuGTOZ
April 24, 2019 at 01:11AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sentimen Bercampur Aduk, Bursa Saham Asia Ditutup Bervariasi"
Post a Comment