AFP menyoroti soal latar belakang kedua capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Pertarungan sengit kedua ketika pemilu 2014 juga diangkat. Ada juga soal kampanye hitam berbau agama yang dilekatkan kepada Joko Widodo.
AFP juga menyoroti soal banyaknya surat suara yang harus dicoblos. Untuk pemilu kali ini ada 5 surat suara yang harus dicoblos. Hal ini membuat pemilih bingung.
"Saya sangat senang masih bisa memberikan suara pada usia tua ini," ujar Suparni (79) warga Merauke, Papua. "Tetapi ini sangat membingungkan karena begitu banyak surat suara."
Bloomberg mengangkat soal kemenangan Jokowi atas Prabowo versi hitung cepat (quick count) dari 6 lembaga survei yang selisihnya minimal 7%. Juga, ungkapan Prabowo Subianto akan adanya potensi kecurangan dalam pemilu.
Hal lain yang diangkat Bloomberg adalah meningkatnya golongan konservatif di Indonesia yang berperan dalam pilkada DKI Jakarta 2017 yang mendorong Joko Widodo memilih seorang ulama, Ma'ruf Amin sebagai pasangannya.
Pemilihan kali ini, "lebih banyak tentang politik identitas" dibandingkan dengan 2014, kata Aaron Connelly, seorang peneliti International Institute for Strategic Studies.
"Jokowi telah berusaha untuk mengkooptasi sejumlah konservatif Islam," kata Connolly, merujuk pilihannya kepada Ma'ruf Amin "yang membuat sejumlah Muslim yang mungkin sebelumnya merasa tak nyaman memberikan suara ke Jokowi menjadi merasa sedikit lebih nyaman memilihnya."
"Prabowo didukung oleh sejumlah politis konservatif," katanya. "Dia dipandang sebagai kandidat Islam konservatif meskipun dia sendiri tidak terlalu religius."
Simak video tentang survei elektabilitas capres 2019 di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/gus)
http://bit.ly/2DhLPkv
April 18, 2019 at 03:19AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jokowi Unggul Quick Count, Media Asing Ungkit Pilpres 2014"
Post a Comment