
Sindikasi perbankan kali ini terdiri dari BRI, Bank Mandiri, BCA, CIMB Niaga, PT SMI, BNI Syariah, dan BCA Syariah. Acara penandatanganan perjanjian kredit sindikasi dilakukan di Kantor Pusat PLN, Jakarta, (23/4/2019).
Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto menjelaskan, dana dari sindikasi perbankan ini digunakan PLN untuk modal membangun gardu induk dan transmisi dalam rangka mendukung program 35 GW.
"Selain cost of fund pinjaman yang kompetitif, pendanaan sindikasi ini juga meningkatkan portofolio rupiah pada pinjaman PLN serta menunjukkan dukungan perbankan nasional dalam mendanai pembangunan infrastruktur kelistrikan tanah air," ujar Sarwono melalui keterangan resminya, Selasa (23/4/2019).
Saat ini PLN terus berupaya meningkatkan aksesibilitas masyarakat untuk mendapatkan listrik dan melakukan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, di waktu yang sama PLN juga melakukan efisiensi internal.
"Oleh karena itu, kami akan selalu membuka kerja sama dengan Lembaga Keuangan Bank maupun non-Bank untuk penyediaan dana pembangunan infrastruktur kelistrikan. Kerja sama yang berjalan dengan baik ini, akan semakin meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan investasi di Indonesia, dengan ketersediaan listrik yang semakin andal," imbuh Sarwono.
Adapun, sebelumnya, PLN juga telah mendapat pinjaman sebesar Rp 4,5 triliun pada November 2018, dan pada Oktober 2018, PLN juga mendapatkan komitmen pendanaan untuk program 35.000 MW yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian fasilitas pinjaman sindikasi senilai US$ 1,62 miliar (Rp 24,3 triliun).
Sementara itu, berdasarkan paparan Kementerian BUMN di Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (3/12/2018), total nilai utang PLN tercatat Rp 372,38 triliun. Angka tersebut sejak 2014 meningkat Rp 138,94 triliun.
Namun, penambahan jumlah utang tersebut lebih rendah dibandingkan nilai investasi pada periode yang sama yang meningkat Rp 269,1 triliun. PLN masih mempunyai kemampuan investasi dari kas internal.
"Komposisi pinjaman total per September 2018 sebesar Rp 372 triliun. Selama empat tahun kami menambah utang Rp 139 triliun dan investasi Rp 269 triliun," ujar Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto di Jakarta, Senin (3/12/2018).
Dijumpai usai rapat di DPR, Sarwono pun menjelaskan panjang lebar soal utang perseroan.
Menurutnya, utang PLN terdiri dari lokal, obligasi, bank, sukuk, dan lainnya. Tapi ia meyakinkan ini dana internalnya masih cukup besar.
Namun, dengan keadaan rupiah saat ini ada potensi penurunan kewajiban membayarnya dan juga sudah dihedging terlebih dulu. "Jadi dari awal sudah kami mitigasi, kalau itu utang 30 tahun yang jatuh tempo tahun ini kami mitigasi dulu dengan hedging," jelasnya.
Berbagai cara sudah dilakukan PLN untuk menyiasati utangnya, mulai dari reprofiling utang yang mahal diganti dengan yang murah dengan jangka waktu cicilan lebih panjang. Sehingga, PLN masih punya ruang untuk bayar dengan harga bunga lebih rendah. (gus)
http://bit.ly/2GuEizz
April 24, 2019 at 01:40AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "PLN Dapat Utang Lagi Rp 16,7 T untuk 35 Ribu MW"
Post a Comment