Dilansir dari situs resmi Sekretariat Kabinet, Jokowi berdialog dengan salah seorang petani. Pak tani itu bernama Panio, asal Tilemsari, Ngrampal, Sragen. Panio, yang memiliki sawah seluas 1 hektare, menyampaikan kepada Presiden bahwa saat panen hasilnya mencapai 9,5 ton.
Saat ditanya Jokowi mengapa hasilnya sebanyak itu, Panio menuturkan bahwa dia memakai pupuk tambahan. Ini karena pupuk subsidi kurang. Sehingga saat panen bisa menghasilkan 9,5 ton yang ketika dijual mencapai Rp 500 ribu per kuintal.
Hasil panen tersebut, menurut Panio, dipanen sendiri memakai mesin potong. Setelah itu, dia baru mengundang penjual gabah, ditimbang di tempat, dan dibayar langsung di situ.
Dengan harga demikian, Presiden menghitung penghasilan yang didapatkan oleh Panio sebesar Rp 47,5 juta. Kisaran ongkos biaya garap bersih sebesar Rp 15 juta. Itu berarti Panio masih memiliki penghasilan sebesar Rp 32,5 juta.
Jika dihitung dengan masa tunggu selama empat bulan, lanjut kepala negara, maka Panio bisa mendapatkan Rp 8 juta per bulan.
"Ngeten loh, saya mau berpikir kalau empat bulan nggih panjenengan dapat Rp 32,5 juta artinya sebulannya dibagi empat. Rp 8 juta loh, nggih Rp 8 juta. Gaji bupati niku 5 juta, panjenengan dapat Rp8 juta, ageng panjenengan no. Disyukuri ngeten loh," ujar Presiden.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menekankan dua hal utama kepada para petani. Yang pertama adalah mesin pengering. Kemudian yang kedua adalah mesin kemasan. Dengan demikian penghasilan petani pun dapat lebih besar lagi.
Simak video terkait maju mundur kebijakan di era Jokowi di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC] (miq/miq)
https://ift.tt/2HWiqQM
April 04, 2019 at 05:00AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Saat Jokowi Bandingkan Penghasilan Pak Tani dengan Bupati"
Post a Comment