
Bagaimana strategi Bank BNI dalam pembiayaan infrastruktur dan korporasi, simak wawancara khusus CNBC Indonesia dengan Direktur Corporate Banking Bank BNI Putrama Wahyu Setyawan.
BNI Fokus pada Infrastruktur, kenapa demikian?
Urgensi pembangunan infrastruktur karena adanya satu indeks yakni global competitiveness index (GCI). Ini untuk mengukur seberapa kompetitif suatu negara di dunia mendukung iklim investasi. Di Indonesia kita masih di bawah beberapa negara Asia Tenggara yakni Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Kenapa demikian? Salah satunya karena logistik performance index yang mengukur efisiensi dari supply chain perdagangan, masih di bawah negara lain di Asia Tenggara, di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand, bahkan Vietnam. Itulah yang mendorong kami mendukung pemerintah dalam melakukan pembiayaan di infrastruktur.
Dalam mendukung proyek infrastruktur, bagaimana tren penyaluran kredit sejak 2015 sampai 2018 dan target pada 2019?
Kalau terhitung dari 2015, secara absolut angka kami melakukan pembiayaan sebesar Rp 86 triliun untuk infrastruktur, kemudian bergerak naik. Pada akhir 2018 kami mencatat portofolio Rp 111 triliun, dengan porsi 23% Loan BNI. Pembiayaan kami di sektor infrastruktur, terbagi jadi sub sektor jalan tol dan konstruksi.
Kemudian sub sektor jalan tol, termasuk telekomunikasi, transportasi, minyak dan gas, dan power plant. Kami masih meyakini pembangunan di sektor infrastruktur masih diperlukan. Di 2018 ke belakang dampak gencar pembangunan yang dilakukan adalah infrastruktur jalan tol. Tapi pada 2019, kami punya peluang untuk pembiayaan infrastruktur yang lain seperti power plant.
Kenapa Power Plant, setelah tol dan konstruksi?
Kami melihatnya bahwa tol trans jawa hampir rampung, trans Sumatra sedang tahap penyelesaian. Masih ada peluang untuk melakukan pembiayaan di sektor infrastruktur di power plant, memenuhi kebutuhan daya di dalam negeri masih kurang. Kami melihat, di subsektor power plant masih terbuka.
Kami pernah mengunjungi tol Trans Jawa, apa istimewanya Tol tersebut?
Tol Trans Jawa baru terwujud setelah sekian tahun dicanangkan, di 2018 sudah terhubung mulai dari Banten sampai Surabaya dan akan dilanjutkan sampai Banyuwangi. Seperti yang saya katakan, salah satu indikator untuk mendukung supply chain perdagangan tampak belum bagus, sehingga diharapkan dengan terhubungnya tol Trans Jawa akan mampu mendukung pertumbuhan di sektor riil. Dengan banyaknya dan mudahnya akses logistik. Sehingga manufaktur berkembang kemudian transit oriented development di beberapa daerah ruas tol akan berkembang.
Apakah investasi di sektor infrastruktur memiliki return yang baik, seperti apa perhitungan BNI?
Kami secara bank komersial memiliki dasar perhitungan, yaitu internal rate of return (IRR) kami patok bahwa setiap pembiayaan kami harus memiliki IRR 13% inilah yang jadi satu tolak ukur bahwa pembiayaan di infrastruktur seperti jalan tol masih mampu memberikan return yang bagus.
Apa IRR 13% juga diterapkan buat sektor lain selain infrastruktur?
Secara umum kami memiliki patokan IRR 13% adalah nilai yang cukup wajar untuk menilai kelayakan investasi, tentunya bukan hanya untuk jalan tol. Tetapi di infrastruktur yang lain kami memberikan tolak ukur serupa.
Untuk keterlibatan BNI di Trans Jawa, mungkin bisa dielaborasi lagi kontribusi BNI untuk pendanaan tol Trans Jawa?
Untuk pendanaan tol BNI secara garis besar, dari 70 ruas tol di Indonesia, BNI menyalurkan ke 23 ruas jalan tol. Dengan komposisi 11 jalan tol telah beroperasi, dengan rincian 8 beroperasi penuh 3 beroperasi sebagian, dan lainnya masih dalam masa konstruksi. Dari 23 ruas tol yang dibiayai BNI panjang ruasnya 1.213 km.
Polemik tol gratis, apalah itu tidak akan memperpanjang return dari pemberi dana?
Sebetulnya perhitungan secara total pada satu ruas jalan tol tidak semuanya digratiskan. Mungkin hanya satu atau dua seksi tertentu, dan dengan asumsi kelancaran lalu lintas akan mendorong pengguna beralih ke alan non tol ke jalan tol, itu akan mendorong pencapaian Lintas Harian Rata-rata (LHR) sesuai dengan yang diperkirakan.
Untuk 2019, anda tadi membocorkan power plant, tapi apalagi yang diincar oleh BNI?
Pada 2018 kami tumbuh cukup tinggi di infrastruktur, 2019 kami juga memiliki satu rencana untuk tetap tumbuh di infrastruktur tetapi dengan komposisi yang berbeda. Di 2018 kemarin didominasi oleh jalan tol dan konstruksi, tahun kemungkinan akan berimbang dan bergeser karena kami akan masuk ke salah satunya power plant, ke telekomunikasi, sehingga secara total kami perkirakan kami memperkirakan akan memiliki portofolio infrastruktur sekitar 15-20% dari total portofolio di 2019.
Dari portofolio tersebut, dimana saja BNI akan mengucurkan pendanaan?
Untuk sub sektor power plant, kebutuhan listrik kita masih cukup tinggi dengan target pemenuhan 35 ribu megawatt. Dengan begitu, kami masih berkeyakinan peluang pembiayaan power plant ini masih terbuka. Kemudian, kami melihat di sektor telekomunikasi, saat ini kami punya peluang melakukan pembiayaan salah satunya di palapa ring timur. Itu yang membuat proyeksi kami di 2019. Kami yakin infrastruktur masih memiliki peluang.
Dari jalan tol dan BNI shifting ke infrastruktur lainnya, apakah anda melihat ceruk potensial di power plant dan telekomunikasi?
Dengan selesainya jalan tol, infrastruktur yang lain yang akan lebih mudah dibangun adalah telekomunikasi yaitu pembuatan backbone untuk seluruh Indonesia yang terbagi dalam palapa ring tengah, barat dan timur. di Timur sebenarnya kami sudah masuk beberapa waktu yang lalu, dan tahun ini adalah periode progress.
Dalam periode progress itu nanti akan seperti apa keterlibatan BNI?
Lebih kepada kami dalam periode untuk mencairkan kredit karena persetujuan dilakukan beberapa waktu lalu.
Selain infrastruktur, apalagi yang akan dilakukan di 2019 hal baru atau mungkin terobosan baru?
Setelah infrastruktur terpenuhi, selanjutnya giliran berikutnya adalah sektor manufaktur, industri pengolahan. Dengan infrastruktur jalan tol, pelabuhan, kemudian untuk energi melalui power plant, kemudian waktunya untuk menumbuhkan industri pengolahan. Inilah yang akan mampu memberikan nilai tambah yang tinggi, multiplier effect yang tinggi, kelak kita akan mengalami bonus demografi, dan harus ada sektor yang menyerap bonus demografi tersebut yaitu adalah manufaktur.
Yang menarik dalam skema pembiayaan infrastruktur, apa yang menjadi tantangan khususnya pembiayaan infrastruktur?
Salah satunya batas maksimal pemberian kredit, seperti yang kita ketahui ada regulasi yang mengatur pemberian kredit terhadap salah satu nasabah atau debitur, dibatasi oleh satu angka tertentu berdasarkan kepada modal bank.
Pada saat nasabah tersebut memiliki proyek besar yang harus kami biayai ada satu potensi batas maksimum pemberian kreditnya akan tercapai, sehingga potensi kita melakukan pembiayaan pada nasabah tersebut, misalnya PLN yang mendapatkan tugas membangun 35 ribu megawatt akan menyebabkan batas itu tercapai, sementara potensi pembiayaan proyeknya terbuka. Perlu ada semacam relaksasi, dari pemerintah memberikan garansi pada proyek-proyek tersebut sehingga dapat dikecualikan dari perhitungan BMPK.
Selain BMPK apalagi yang menjadi tantangan?
Tentunya sumber pendanaan. Pembiayaan terhadap infrastruktur adalah jangka panjang sehingga idealnya sumber dananya juga jangka panjang. Namun saat ini untuk mendapatkan sumber dana jangka panjang ini ada tantangan baik dari sisi rate-nya dan sebagainya. Sehingga potensi terjadinya missed match funding ini terbuka.
Ini menjadi tantangan kami untuk mencari sumber pendanaan yang cocok dengan jangka waktu proyeknya. dua hal itu menjadi tantangan kami perbankan dalam melakukan pembiayaan pada sektor-sektor yang jangka waktunya cukup panjang.
Tapi dua tantangan itu masih bisa diantisipasi oleh BNI?
Bisa tapi tidak menutup kemungkinan dibutuhkan relaksasi terhadap hal tersebut.
Seberapa optimistis terhadap 2019, bahwa bisnis BNI akan berjalan baik atau mungkin lebih baik?
Kami yakin dengan kekuatan kami saat ini dan juga dukungan dari stake holder dan pemegang saham serta pemerintah, target-target yang diamanahkan BNI akan bisa tercapai.
Tonton Video Simak ! BNI Beberkan Target 2019
(dob/dob)
http://bit.ly/2DssHjR
April 24, 2019 at 12:03AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BNI Buka-Bukaan Strategi Pembiayaan Korporasi dan Infrastruktur"
Post a Comment