Search

Data Ekonomi China Kinclong, Bursa Saham Asia Menghijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari ini di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,25%, indeks Shanghai naik 0,29%, dan indeks Straits Times naik 0,5%.

Kinclongnya data ekonomi yang dirilis di China pada hari ini sukses mendorong investor untuk melakukan aksi beli di bursa saham Benua Kuning.

Untuk periode kuartal-I 2019, pertumbuhan ekonomi diumumkan di level 6,4% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 6,3% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.

Kemudian, produksi industri periode Maret 2019 diumumkan tumbuh 8,5% secara tahunan, di atas konsensus yang sebesar 5,9%, seperti dilansir dari Trading Economics. Terakhir, penjualan barang-barang ritel untuk bulan yang sama melesat hingga 8,7% secara tahunan, juga di atas konsensus yang sebesar 8,4%, dilansir dari Trading Economics.

Lantas, kekhawatiran bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing pada tahun ini menjadi mereda. Sebagai informasi, belum lama ini pemerintah China resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Pada tahun 2018, perekonomian China tumbuh hingga 6,6%.

Jika yang tercapai adalah pertumbuhan ekonomi di batas bawah, maka perekonomian China dapat dikatakan mengalami hard landing.

Kala perekonomian China berada dalam posisi yang kuat seperti yang ditunjukkan oleh berbagai data ekonomi yang dirilis pada hari ini, tentulah perekonomian dunia juga akan ikut merasakan dampak positifnya, mengingat posisi China selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Saksikan video Pelambatan Ekonomi China Gerus Harga Batu Bara

[Gambas:Video CNBC]

MARKET - CNBC Indonesia TV, CNBC Indonesia

 

16 April 2019 14:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri batu bara disebut tengah berada dalam tren penurunan. Pasalnya, selama sepekan, harga batu bara turun sebesar 0,59% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun harganya juga tercatat melemah 8,92%. 

Penurunan tersebut dinilai karena adanya eskalasi dagang AS-China. Namun hal itu dibantah Direktur PT Bumi Resources Tbk (IDX: BUMI), Dileep Srivastava yang menyebut penurunan harga batu bara disebabkan perlambatan ekonomi China. 

Simak dialog eksklusif Erwin Surya Brata bersama Direktur PT Bumi Resources Tbk, Dileep Srivastava di program Closing Bell CNBC Indonesia berikut ini.

SHARE  

TERKAIT

  • Video EksklusifBUMI Antisipasi Perlambatan Ekonomi Global

  •  
  • Video EksklusifTak Ada Aksi Korporasi BUMI di 2019

  •  
  • BUMI Pasrah Soal Batasan Harga Batu Bara

  • 2019, BUMI Targetkan Pendapatan Rp 81,2 T

  •  
  • BUMI Sudah Bayar Utang Rp 2,55 Triliun

  •  
  • Bumi Resources Targetkan Penjualan Batu Bara Naik 8%

BACA JUGA

  • NEWSVideoESDM Rilis HBA April 2019 USD 88,85/Ton09 April 2019 05:57 WIB

  • FINTECHTambah Modal, Toba Bara Bakal Rights Issue 470 Juta Saham08 April 2019 17:03 WIB

  • NEWSNasib Batu Bara RI Suram di Kuartal I, Bisa Sentuh US$ 60?05 April 2019 17:04 WIB

  • NEWSSoal Revisi PP 23/2010, Ini Permintaan Pengusaha Batu Bara05 April 2019 15:42 WIB

VIDEO LAINNYA

  • Video EksklusifPlatform e-Bike M Cash Capai 140 Ribu Pengguna

  • VideoAALI Bagikan Dividen 2018 Rp 648 Miliar

  • VideoMontage Company Lepas Saham MAPA Lewat Private Placement

(ank/ank)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2DlJR2p
April 18, 2019 at 12:10AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Data Ekonomi China Kinclong, Bursa Saham Asia Menghijau"

Post a Comment

Powered by Blogger.