Menurutnya, jika pertumbuhan hanya dikisaran 5%-6% sampai 2038, maka Indonesia akan tetap menjadi negara upper-middle income.
"Karena beberapa konvensi bahwa middle income trap itu jika sebuah negara berada di klasifikasi middle income selama 42 tahun. Kita sudah masuk dari 1996, berarti at least perlu sampai 2038 untuk naik kelas," ujarnya di Hongkong Cafe, Jakarta, Selasa (9/4/2019).
Faisal menjelaskan, di antara dua pasangan calon (paslon) pada pemilihan presiden (pilpres) ini, belum ada yang mempunyai solusi untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi nasional hingga 7%. Kedua kandidat dinilai masih membahas isu parsial dalam debat yang telah berlangsung selama empat kali tersebut.
"Terus terang belum, karena saya melihat dari sisi apa yang diangkat isunya itu memang lebih banyak populis. Bukan berarti tidak butuh pembahasan masalah kesejahteraan, keadilan, dari sisi ekonomi, tapi itu saja tidak cukup," jelasnya.
![]() |
Faisal memandang, di tengah banyaknya masalah dalam negeri, isu pertumbuhan perekonomian memang penting. Pertumbuhan ini harusnya bisa didorong dengan meningkatkan industri terutama manufaktur.
Selain itu, ekonomi digital dinilai perlu didorong dan didukung untuk meningkatkan perekonomian. Ini untuk mendorong produksi yang saat ini hanya memanfaatkan pasar Indonesia yang besar untuk pertumbuhan startup.
"Kenapa industri manufaktur? Karena dialah yang terkait dengan isu populis yang diangkat kedua paslon. Industri ini yang menciptakan lapangan kerja formal dan itu dibutuhkan untuk sampai ke level golongan menengah ke bawah, mengatasi masalah pengangguran," kata Faisal.
"Kalau itu tidak diangkat, maka kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus untuk pemerataan kesejahteraan belum diangkat atau belum jadi kesadaran masing-masing paslon," tutupnya.
Simak video pandangan ekonom senior Faisal Basri terkait debat capres keempat beberapa waktu lalu.
[Gambas:Video CNBC] (miq/miq)
http://bit.ly/2G9tmrW
April 10, 2019 at 01:49AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jokowi dan Prabowo Belum Punya Solusi Kerek Ekonomi Jadi 7%"
Post a Comment