Search

Sudah Melejit 5,28%, Desember Bulan Bersahabat Bagi IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan Desember terbukti kembali menjadi bulan yang bersahabat bagi pasar saham tanah air.

Di sepanjang bulan Desember (hingga penutupan perdagangan hari Jumat, 27/12/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia telah menguat sebesar 5,28%.

Jika berkaca kepada sejarah, bulan Desember memang merupakan bulan yang bersahabat bagi pelaku pasar saham tanah air. Bahkan, bulan Desember bisa dikatakan sebagai bulan yang paling bersahabat jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.


Bayangkan, dalam 18 tahun terakhir (2001-2018) tak sekalipun IHSG membukukan imbal hasil negatif secara bulanan pada bulan Desember. Capaian sebaik ini tak bisa didapati pada bulan-bulan lainnya.

Apresiasi terbaik IHSG pada bulan Desember terjadi pada tahun 2003. Per akhir Desember 2003, IHSG melejit hingga 12,12% jika dibandingkan dengan posisi per akhir November 2003.

Jika dirata-rata, IHSG membukukan imbal hasil sebesar 4,42% secara bulanan pada bulan Desember.

Salah satu fenomena yang berperan besar di balik performa IHSG yang baik di bulan Desember adalah Santa Claus rally. Untuk diketahui, Santa Claus rally merupakan sebuah reli di pasar saham AS yang terjadi pada lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua perdagangan pertama di bulan Januari.

Melansir CNBC International yang mengutip Stock Trader's Almanac, secara rata-rata sejak tahun 1950, indeks S&P 500 membukukan imbal hasil sebesar 1,3% pada periode lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua perdagangan pertama di bulan Januari.

Dalam 10 tahun terakhir, fenomena Santa Claus rally terbukti masih terus terjadi. Dalam 10 tahun terakhir, berdasarkan data Stock Trader's Almanac yang kami kutip dari CNBC International, indeks S&P 500 hanya membukukan koreksi sebanyak dua kali selama periode Santa Claus rally, yakni di tahun 2014 dan 2015.

Ada beberapa penjelasan di balik fenomena Santa Claus rally, seperti optimisme meyambut tahun baru dan investasi dari bonus musim liburan misalnya. Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa beberapa investor institusi besar yang cenderung lebih pesimistis terhadap pasar saham sedang berlibur pada periode ini, sehingga pasar didominasi oleh investor ritel yang cenderung lebih optimistis.

Memang, pada awalnya pelaku pasar saham dunia pasti sempat mempertanyakan kehadiran Santa Claus rally di tahun 2019. Pasalnya, pada perdagangan hari Selasa (24/12/2019) yang menandai dimulainya periode Santa Claus rally tahun 2019, Wall Street malah melemah.

Pada penutupan perdagangan hari Selasa, indeks Dow Jones turun 0,13%, indeks S&P 500 melemah 0,02%, sementara indeks Nasdaq Composite naik 0,08%.

Namun, walaupun absen di hari pertama, fenomena Santa Claus rally mulai terasa dengan apresiasi Wall Street pada perdagangan hari Kamis (26/12/2019). Pada penutupan perdagangan hari Kamis, indeks Dow Jones naik 0,37%, indeks S&P 500 menguat 0,51%, sementara indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,78%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertinggi sepanjang masa.

Kemudian pada penutupan perdagangan hari Jumat, (27/12/2019), indeks Dow Jones ditutup naik 0,08%, indeks S&P 500 menguat 0,11 poin, sementara indeks Nasdaq Composite terkoreksi 0,17%. Walaupun ada koreksi yang didapati pada indeks Nasdaq Composite, mayoritas indeks saham utama di AS tetap menghijau.

Sejauh ini selama periode Santa Claus rally tahun 2019, indeks Dow Jones tercatat menguat 0,33%, indeks S&P 500 naik 0,5%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,68%. Jika dihitung di sepanjang bulan Desember (hingga penutupan perdagangan hari Jumat), indeks Dow Jones sudah melejit 2,12%, indeks S&P 500 melesat 3,15%, dan indeks Nasdaq Composite meroket 3,94%.

Fenomena lain yang juga berperan besar di balik performa IHSG yang baik di bulan Desember adalah window dressing. Melansir Investopedia, window dressing merupakan teknik yang dilakukan oleh para manajer investasi menjelang akhir kuartal dalam mempercantik performa produk investasi yang menjadi kelolaannya.

Di pasar saham, window dressing dilakukan dengan menjual saham-saham yang membebani kinerja produk investasi dan kemudian membeli saham-saham yang telah melesat sebelumnya. Saham-saham yang dibeli tersebut otomatis akan masuk ke dalam komposisi portofolio untuk kemudian dilaporkan kepada investor.

Dengan melihat fakta bahwa apresiasi indeks S&P 500 sejauh ini di periode Santa Claus rally tahun 2019 yang sebesar 0,5%, tentu ada harapan yang besar bahwa akan kembali ada apresiasi di dua hari perdagangan terakhir di tahun ini (30 & 31 Desember).

Pasalnya, seperti yang sudah disebutkan di atas, secara rata-rata sejak tahun 1950 indeks S&P 500 membukukan imbal hasil sebesar 1,3% pada periode lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua perdagangan pertama di bulan Januari.

Jika Wall Street terus mencetak apresiasi di penghujung tahun 2019, tentu pasar saham tanah air berpotensi ikut terkerek naik, terlepas dari fakta bahwa apresiasinya di sepanjang bulan ini telah mencapai 5% lebih.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2ssqRgk
December 29, 2019 at 05:44PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sudah Melejit 5,28%, Desember Bulan Bersahabat Bagi IHSG"

Post a Comment

Powered by Blogger.