Search

Pelapak Buku Kwitang, Bertahan Agar Tak Hilang Ditelan Zaman

Jakarta, CNBC Indonesia- Masih ingat salah satu adegan film 'Ada Apa Dengan Cinta?' di mana Rangga dan Cinta bertemu di Kwitang, untuk mencari buku sastra?

Kini, pedagang buku di Kwitang tak seramai di adegan film itu lagi. Tetapi romantismenya masih sama, seperti Gito Rollies (yang saat itu memerankan sebagai pedagang toko langganan Rangga) yang mencintai buku dan bertahan demi para pemburu buku seperti sejoli di film itu, mungkin. 

Kwitang punya sejarah panjang; pernah digusur, terbakar, atau bahkan sekarang bersaing dengan online. Tapi para pelapak ini masih bertahan. 

Para pedagang buku tersebar di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat. Mereka menjual aneka ragam jenis buku mulai dari sejarah, pendidikan, sastra, politik, agama, sampai buku anak. Diterpa banyak musibah, Fauzi adalah salah seorang pelapak yang bertahan.

Pria asal Solo berumur 34 tahun itu mulai menjajaki Kwitang pada tahun 2000, tempat jualannya dahulu di gedung bernama "4 musim". Ada banyak toko-toko pelapak buku yang berdagang disana seperti toko yang bernama "Tebar Ilmu" misalnya.

Fauzi, kala itu menjadi karyawan lapak buku pada seorang mitranya asal Padang. Sudah tahu ilmunya, ia mulai memberanikan diri untuk membuka toko sendiri. Dagang buku di Kwitang menurut Fauzi penuh dengan lika-liku. Penggusuran pernah terjadi pada tahun 1998 dan 2008, ia pun sempat pindah-pindah lapak.

Pelapak Buku Kwitang, Bertahan Agar Tak Hilang Ditelan ZamanFoto: Penjual Buku Bekas di Kawasan Kwitang (CNBC Indonesia/Fetty)

Kebakaran pada 19 januari 2007 di kawasan pelapak buku Kwitang dirasa Fauzi sempat merugikan mereka. Ada yang rugi sebesar 350 juta sampai 1 miliar. Dirinya pun tak kalah apes karena rugi hingga 150 juta. Fauzi hanya bisa pasrah saat kebakaran terjadi. Namun kenalan dan akses buku sudah banyak, Fauzi tak ragu melangkah kembali.

Pelapak-pelapak buku di Kwitang mendapat macam sumber untuk barang daganganya. Ada yang dari penerbit hingga grosiran buku.

"Buku-Buku ini kadang ada yang nganterin dari penerbitnya langsung. Biasanya mereka sales, dari macam-macam penerbit. Kita bisa negosiasi dengan mereka atau bisa nyari sendiri. Terus juga ada grosir buku di Kwitang. Kadang juga ada orang jual second kita tampung. Tapi untuk buku-buku lama harus sabar nyarinya," ucap Fauzi pada CNBC Indonesia di Kafe Gallery, Kwitang (2/4/2019).

Menjadi pelapak buku di Kwitang harus banyak bersabar karena pelanggan yang datang tidak menentu. Untuk mengakalinya, para pelapak di Kwitang sekarang sudah melek dengan perdagangan online. Fauzi berkata bahwa justru dagang buku online lebih enak.

Pelapak Buku Kwitang, Bertahan Agar Tak Hilang Ditelan ZamanFoto: Penjual Buku Bekas di Kawasan Kwitang (CNBC Indonesia/Fetty)

"Kalau kita udah tau online, buku kita masukin di aplikasi. Bangun tidur udah ada yang beli dan tinggal kirim. Rata-rata disini sudah melek online. Ya, kalau dihitung-hitung buat tambahan lah. Kalau punya HP bagus nggak dimanfaatin kan sayang. Sekarang kan zamannya online," ucap Fauzi.

Saat berbincang dengan Fauzi ia juga bercerita tentang lapak kakaknya yang berada dalam suatu kafe di JL. Kwitang Raya. Kakaknya bernama Lukman salah satu pelapak yang beruntung menurut Fauzi karena mendapat tempat di dalam kafe.

Hijrah ke Kafe
Lukman kata Fauzi sudah lama kenal dengan pemilik gedung dan kafe bernama "Kafe Gallery". Karena sudah kenal lama, Lukman mendapat kepercayaan untuk kontrak dengan pemilik gedung.

"Kakak saya kan dulu sudah disini. Waktu itu masih pedagang semua sebelum jadi kafe. Kakak saya udah kenal lama sama yang punya gedung. Alhamdulillah dipanggil lagi suru nempatin lagi karena bosnya baik," ucap Fauzi.

Buku-buku yang dijual Lukman diantaranya tentang agama, buku mahasiswa, dan cerita anak. Pemebeli banyak yang tertarik dengan buku anak pun beragam. Para pembeli ada yang memborong untuk disumbang perpustakaan atau beli satuan.

Beragam harga buku di lapak Lukman beragam. Untuk buku paling mahal bahkan bisa mencapai 3 juta rupiah. Untuk buku hadist yang berjilid 8 dan tebal. Fauzan mengaku harga itu lebih murah ketimbang toko buku konvensional dimana harganya bisa mencapai 4,8 juta rupiah. Sedangkan untuk buku anak berkisar di harga 5 ribu rupiah.

Waktu ramainya pengunjung menurut Fauzi adalah masa liburan tahun ajaran baru. Jika pengunjung sedang ramai ia bisa mendapat 300 - 500 ribu rupiah dalam satu hari. Tapi jika sedang sepi pengunjung bisa tidak ada yang membeli dala satu hari.

Walau diterpa untung-rugi yang musiman, Fauzi tidak ingin lepas dari lokasi dagangnya sekarang. Kwitang baginya tempat yang bersejarah. Banyak wisatawan manca negara juga suka berkunjung ke Kwitang. Walaupun banyak pelapak yang sudah pindah tempat seperti ke Tanah Abang, Senen, Blok M, dan Thamrin City.

Selain itu, Kwitang merupakan sumber para pelapak. Fauzan tidak perlu jauh-jauh mencari sumber. Kemudian akses transportasi umum juga memadai seperti bis dan kereta. Cocok dengan tempat tinggalnya di Matraman.

Sementara itu, Yusi (54) wanita asal Jakarta yang juga menjadi manajer dari Kafe Gallery mengupas perjalanan Lukman yang bisa berjualan dalam kafe itu.

"Sebelum bangunan belum rapih kaya gini memang dia udah sewa udah lama. Sempet dikasih sama owner saya untuk jualan buku. Kita buka kafe dia sebetulnya nggak bisa jualan didepan. Kita tawarin untuk masuk kedalam. Mungkin ada orang yang mau liat-liat buku juga bisa mampir ke kafe. Kafe Ini baru berdiri satu tahun." Ucap Yusi pada CNBC Indonesia di Kafe Gallery, Kwitang (2/4/2019).

Selain kafe, gedung itu juga berfungsi sebagai kos-kosan dan hotel untuk para backpacker. Menurut Yusi, keterlibatan lapak Lukman untuk sama-sama membantu bisnis masing-masing. Untuk biaya sewa, Lukman dikenakan kontrak sekitar 20 juta rupiah untuk satu tahun.

Namun Yusi mengakui bahwa kafenya masih sepi pengunjung. Dalam satu hari saja hanya mencapai 5 sampai 10 pengunjung. Ini dikarenakan akses parkir yang sulit dan jam buka yang terbatas. Posisi kafe juga dirasa kurang strategis.

"Sehari kadang-kadang karena sulit parkir. Mobil nggak ada tempat parkir. Motor juga ngeri kan parkir di depan ada Satpol PP yang ngangkutin. Tapi saya berharap kedepan lebih banyak pengunjung yang datang. Terus mereka juga bisa belajar dan baca-baca buku juga disini," ucap Yusi.

Saksikan video tentang nasib para pedagang buku lawas di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC] (gus)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2VeGEbP
April 03, 2019 at 11:03PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pelapak Buku Kwitang, Bertahan Agar Tak Hilang Ditelan Zaman"

Post a Comment

Powered by Blogger.