Persaingan keduanya kini mengarah untuk menjadi super app di kawasan Asia Tenggara dengan cara berekspansi ke lini bisnis yang baru. Misalnya jasa pengiriman makanan (food delivery) dan pembayaran digital (payment).
Khususnya di kota-kota besar layanan jasa pengiriman makanan sangat diminati, terlebih karena masyarakat enggan bermacet-macetan di jalan. Dengan layanan ini masyarakat tidak perlu lagi buang waktu dan tenaga
Persaingan ketat membuat kedua paltform ini rajin membakar uang hingga miliaran dolar selama beberapa tahun untuk menarik pelanggan. Didukung investor dengan nama besar yakni Gojek dengan Google, Temasek, Warburg Pincus dan Tencent, sementara Grab didanai oleh SoftBank, Microsoft dan Didi Chuxing.
Setelah bisnisnya stabil mereka baru akan fokus mengumpulkan uang. Meski hingga kini belum nampak tanda-tanda perlambatan membakar 'uang' oleh kedua platform ini, promo dan sebagainya terus saja diberikan.
Grab dan Gojek mengatakan tahun ini mereka memiliki fokus pada pencapaian profitabilitas.
Presiden Grab Ming Maa mengatakan sangat sulit beranjak ke arah 'menguntungkan', namun pihaknya akan terus mengupayakan dengan segala kemampuan agar perusahaan bisa mencapai profit. Salah satunya tidak lagi memerlukan modal tambahan dari investor luar, seperti dikutip dari Financial Times, Kamis (26/12/2019).
Grab sudah mengalahkan saingannya terkait pengumpulan pendanaan dari investor. Yakni mencapai US$8,7 miliar dengan valuasinya sudah menyentuh US$14 miliar. Diperkirakan Grab akan merubah fokus dari pendekatan pertumbuhan dengan cara-cara untuk menjadi lebih strategis dengan seluruh dana tersebut, misalnya mengurangi promosi untuk akuisisi pengguna.
Tidak hanya Grab, Gojek juga sudah mengembangkan bisnis ke luar Indonesia, dengan meluncurkan layanan di Singapura awal tahun 2019. Gojek menawarkan komisi yang lebih besar untuk masuk pasar Singapura.
https://ift.tt/2ZuIS9W
December 28, 2019 at 04:29PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gojek dan Grab Saling 'Sikut' Kuasai Pasar RI, Pemenangnya?"
Post a Comment