
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah. Indeks bursa dalam negeri mengalami koreksi tipis 0,16% ke level 6.183,5 pada perdagangan Selasa (10/12/2019). IHSG tak sendirian, mayoritas bursa saham kawasan Asia juga ditutup di zona merah. Hanya indeks Kospi dan Shang Hai saja yang mampu finish di zona hijau.
Countries |
Index |
Daily Change (%) |
South Korea |
KOSPI |
0.45 |
China |
SH Comp. |
0.1 |
Malaysia |
FTSE BM |
-0.06 |
Japan |
Nikkei225 |
-0.09 |
Indonesia |
JCI |
-0.17 |
Hong Kong |
Hang Seng Index |
-0.22 |
Taiwan |
TAIEX |
-0.28 |
Singapore |
STI |
-0.53 |
India |
SENSEX |
-0.55 |
Philippines |
PSEi |
-0.56 |
Vietnam |
VN-Index |
-0.6 |
Senada dengan pasar saham, pasar surat utang negara (SUN) juga diwarnai dengan koreksi yang tercermin dari kenaikan imbal hasil. Koreksi harga terjadi pada obligasi tenor 10, 15 dan 20 tahun.
Per 9 Desember 2019, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan investor asing menggenggam SBN senilai Rp 1.066,27 triliun atau 38,5% dari total obligasi yang beredar. Angkanya naik Rp 173 triliun dibanding posisi akhir tahun lalu.
Berbanding terbalik dengan IHSG dan pasar SUN, nilai tukar rupiah terhadap dolar justru ditutup menguat bersama renmimbi, dolar Singapura dan dolar Hong Kong, Sementara di hari perdagangan yang sama won dan yen malah terdepresiasi.
Currency |
Daily Change (%) |
CNY |
0.09 |
SGD |
0.08 |
IDR |
0.04 |
HKD |
0.02 |
KRW |
-0.12 |
JPY |
-0.17 |
Jika menilik fundamental ekonomi Indonesia sebenarnya pasar keuangan berpotensi terkena suntikan tenaga. Pasalnya pekan kemarin indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan November secara tak terduga naik signifikan menjadi 124,2 jauh di atas bulan sebelumnya yang cuma 118,4.
Cadangan Devisa (cadev) per akhir bulan lalu juga tak banyak berubah. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadev akhir November turun tipis menjadi US$ 126,6 miliar, masih jauh lebih baik dari konsensus yang meramal akan turun ke posisi US$ 126,3 miliar, mengutip Trading Economics.
Tambahan tenaga terakhir adalah rilis data penjualan eceran kemarin. Penjualan eceran bulan Oktober tumbuh melesat melampaui konsensus. Berdasarkan survei BI, penjualan ritel bulan ke-10 tahun ini tumbuh 3,6% secara tahunan (yoy). Angka tersebut jelas melebihi angka pertumbuhan bulan sebelumnya dan konsensus pasar yang masing-masing 0,7% dan 2,9%.
Nyatanya suntikan tenaga tersebut tak mampu membawa IHSG melenggang ke zona hijau pada perdagangan kemarin. Data otoritas bursa mencatat asing membukukan aksi jual bersih (net sell) alias kabur sebesar Rp 305,6 miliar.
Nilai transaksi di bursa saham pada perdagangan kemarin pun masih berada di bawah rerata nilai transaksi hari normal. Total transaksi tercatat hingga kemarin sebesar Rp 6,3 triliun.
Saat ini investor memang tengah fokus pada perkembangan terbaru dinamika hubungan antara Amerika dengan China. Tanggal 15 Desember semakin dekat, tetapi Washington dan Beijing masih tak sepaham soal kesepakatan dagang.
Banyak yang mulai skeptis kesepakatan dagang fase-I tak akan terjadi minggu ini dan membuat pengenaan tarif 15% terhadap produk China senilai US$ 156 miliar akan tetap berlaku efektif per 15 Desember. Faktor inilah yang membuat mayoritas bursa global ditransaksikan melemah kemarin.
https://ift.tt/2LHIhMx
December 11, 2019 at 02:01PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hitung Mundur 'Tanggal Keramat' dan Menanti Babak Baru AS-China"
Post a Comment