Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah koreksi yang dialami Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini, saham PT Onix Capital Tbk (OCAP) masuk di jajaran pencetak kenaikan harga (reli) tertinggi (top gainers) secara bulanan.Sepanjang Maret ini, saham OCAP telah meroket 614,3% dalam 12 hari perdagangan bulan ini sebelum terkena suspensi pada 19 Maret 2019. Lonjakan harganya begitu menggila dari Rp 294 (28/2/2019) menjadi Rp 2.100 (18/3/2019).Secara fundamental, tidak ada yang menarik dari emiten yang bergerak di sektor jasa, perdagangan dan investasi ini. Laporan keuangan tahunan per 2018 yang baru mereka rilis pada Kamis (27/3/2019) tidak menunjukkan adanya rekor fantastis.Pendapatan usaha mereka memang naik 37% dari Rp 7,13 miliar (Desember 2017) menjadi Rp 9,77 miliar (Desember 2018). Namun, mereka masih memikul rugi bersih Rp 26,7 miliar, dibandingkan dengan rugi bersih pada periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 44,12 miliar.Namun, jika investor jeli, mereka semestinya memperhatikan bahwa sedang ada aksi korporasi strategis yang tengah berjalan. Pada 3 Oktober 2018, perseroan telah menekan kesepakatan jual beli saham bersyarat (conditional sales and purchase of shares agreement/CSPA) dengan Ayers Alliance Wealth Management Ltd.Perjanjian itu untuk memuluskan divestasi 99,99% saham PT Onix Sekuritas (Osek), yang tak lain adalah anak usaha Onix Capital, kepada perusahaan asal Hongkong tersebut dan juga kepada Niko Abdulrachman. Masing-masing akan memiliki 85% dan 14,99% saham Osek.Nilai total transaksinya memang tidak signifikan yakni hanya sebesar Rp 48,5 miliar, dan kini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menelaah akuisisi tersebut, sebelum transaksi tersebut bisa difinalisasi.
Hanya saja, masuknya perusahaan penyedia jasa keuangan dan investasi asal Hongkong ke dalam lingkaran Onix Capital tersebut di masa mendatang menjanjikan manfaat signifikan karena perusahaan asuransi global umumnya memburu aset investasi di emerging market. Kemitraan itu berpeluang berujung pada hal serupa antara Ayers dan Onix Capital.
Di luar faktor tersebut, lonjakan harga saham OCAP secara teknis memang sangat mungkin terjadi karena saham Onix Capital memiliki peredaran yang minim, dengan kepemilikan publik (floating shares) sebesar 5,7%, atau di bawah ketentuan otoritas bursa sebesar minimal 7,5%. Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan dua investor utama menjadi pengendali perusahaan keuangan tersebut, yakni investor asal Singapura UOB Kay Hian dengan kepemilikan sebesar 45% saham, diikuti Djajusman Suryowijono sebesar 35%.Dengan minimnya saham yang beredar di publik, maka harga saham perseroan lebih rentan dengan volatilitas karena jika beberapa gelintir pihak memborong atau membuang saham tersebut di pasar, maka akan sangat signifikan memengaruhi nilai pasarnya.TIM RISET CNBC INDONESIA (ags/ags)
Let's block ads! (Why?)
https://ift.tt/2uBNj4h
March 30, 2019 at 11:55PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Anak Usaha Dibeli Investor Hongkong, OCAP Menjadi Jawara Cuan"
Post a Comment