Search

Damai Dagang Makin Harum, Harga Obligasi Rupiah Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi rupiah dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Senin (1/4/2019). Hingga pukul 9:20 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri FR0078 bertenor 10 tahun turun 7 basis poin (bps).

Selain itu, data yang dilansir dari Refinitiv menunjukkan ada koreksi harga Surat Utang Negara (SUN) yang tercermin dari empat seri acuan (benchmark).

Sebagai informasi, pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Kala yield turun, maka harga obligasi biasanya meningkat dan sebaliknya.


Yield juga umum digunakan untuk acuan transaksi obligasi ketimbang harganya, karena dapat menggambarkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Adapun SUN adalah Surat Berharga Negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Sebanyak empat seri SUN yang menjadi acuan adalah FR00677dengan tenor 5 tahun, FR0078 dengan tenor 10 tahun, FR0068 dengan tenor 15 tahun, dan FR0079 dengan tenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0078 dengan tenor 10 tahun dengan koreksi yield sebesar 7 bps, sedangkan seri lainnya juga kompak menguat dengan koreksi yield yang lebih kecil.

Perlu diketahui bahwa besaran 100 bps setara dengan 1%.

Tampaknya rilis data Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur di China yang berada di atas ekspektasi pasar mampu mendorong minat investor untuk kembali berinvestasi di pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pada pagi hari tadi, PMI manufaktur China periode Maret 2019 versi Caixin diumumkan di level 50,8, lebih tinggi dari konsensus yang memprediksi berada di posisi 50,1, seperti dilansir dari Trading Economics.

Selain itu, aroma damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang kian harum juga mampu membangkitkan risk appetite investor di pasar negara berkembang.

Pasalnya, setelah dua negara menggelar dialog dagang di Beijing pekan lalu, China memutuskan untuk menunda kenaikan bea masuk atas produk otomotif dan suku cang asal AS. Padahal semestinya pada 2 April bea masuk atas produk tersebut akan naik menjadi 25% dari yang semula 10%.

Yield Obligasi Negara Acuan 29 Mar 2019
Seri Jatuh tempo Yield 29 Mar 2019 (%) Yield 1 April 2019 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 29 Mar'19
FR0077 5 tahun 7,1610 7,142 -1,90 7,077
FR0078 10 tahun 7,6650 7,595 -7,00 7,588
FR0068 15 tahun 8,1210 8,086 -3,50 8,045
FR0079 20 tahun 8,1820 8,145 -3,70 8,118
Avg movement -4,025
Sumber: Refinitiv

Adapun yield US Treasury tenor 10 tahun juga naik hingga 2,442% dari posisi akhir pekan (29/3/2019) yang sebesar 2,426%.

Terkait dengan pasar US Treasury saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan- 5 tahun dan 2 tahun-5 tahun, sedangkan inversi tenor 3 bulan-10 tahun yang seringkali dikaitkan dengan risiko resesi tidak lagi terlihat.

Sebagai catatan, inversi adalah kondisi yield seri jangka pendek yang lebih besar ketimbang yield seri jangka panjang.

Kala inversi terjadi, artinya investor menilai risiko ekonomi jangka pendek lebih besar dibanding jangka panjang.

Yield US Treasury Acuan 29 Mar 2019
Seri Benchmark Yield 29 Mar 2019 (%) Yield 1 April 2019 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2,432 2,401 3 bulan-5 tahun 12,6
UST 2020 2 Tahun 2,276 2,300 2 tahun-5 tahun 2,5
UST 2021 3 Tahun 2,221 2,251 3 tahun-5 tahun -2,4
UST 2023 5 Tahun 2,246 2,275 3 bulan-10 tahun -4,1
UST 2028 10 Tahun 2,426 2,442 2 tahun-10 tahun -14,2
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/tas)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2U9qVhF
April 01, 2019 at 06:23PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Damai Dagang Makin Harum, Harga Obligasi Rupiah Menguat"

Post a Comment

Powered by Blogger.