Sejumlah sentimen global diprediksi dapat menggiring harga obligasi rupiah untuk melemah secara terbatas pada hari ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh analis PT Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, Johan Trihantoro, dan Okie Ardiastama dalam riset harian pada awal April ini.
Dari Benua Biru, sentimen yang cukup kuat ialah nasib keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) yang masih belum mengarah ke suatu titik terang.
Setelah proposal Brexit yang diajukan oleh pemerintahan Perdana Menteri Inggris, Theresa May, kandas untuk ketiga kalinya di parlemen, maka ujung dari perceraian Negeri Ratu Elizabeth dengan Uni Eropa makin tak jelas.
Padahal Uni Eropa hanya memberikan tenggat waktu sampai 12 April 2019 apabila tidak ada kesepakatan yang terjadi minggu lalu. Untuk sementara ini, May akan mundur dari perencanaan proses Brexit.
Di lain pihak, parlemen Inggris yang akan mengambilalih wewenang untuk mencari jalan keluar yang terbaik bagi Inggris.
Suasana yang keruh ini semakin meningkatkan risiko terjadinya No Deal Brexit, alias angkat kaki dari Uni Eropa tanpa adanya kesepakatan apapun.
Pasalnya di waktu yang sempit ini, pilihannya juga tak banyak. Kalau bisa, parlemen akan kembali menegosiasi perpanjangan waktu ke Uni Eropa.
Jika sampai benar terjadi No Deal Brexit, perekonomian Inggris diprediksi akan terkontraksi hingga 8%. Perekonomian global juga akan terkena dampaknya. Sebab Inggris merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-5 di dunia.
Beralih ke Amerika Serikat (AS), bayang-bayang resesi yang telah muncul sejak pekan lalu masih terus membuat pelaku pasar cemas.
Namun menurut mantan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), Janet Yellen, ekonomi AS tidak akan terjebak ke dalam resesi dalam waktu dekat. Dia juga menyampaikan bahwa belum ada alasan kuat bagi The Fed untuk menurunkan suku bunganya.
Senada dengan Yellen, Presiden The Fed New York, John Williams juga menyampaikan bahwa tidak perlu khawatir akan risiko resesi. Menurutnya ada banyak alasan prediksi yang berlaku di masa lalu tidak akan sama untuk masa sekarang.
Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian seperti ini, maka investor akan cenderung enggan agresif berinvestasi pada aset-aset berisiko. Salah satunya adalah pasar keuangan negara berkembang seperti Indonesia.
Namun di sisi lain, aura positif damai dagang akan membawa sedikit angin segar ke pasar negara berkembang.
Negosiator AS dan China menyampaikan bahwa keduanya telah membuat kemajuan baru pada pertemuan akhir bulan lalu. Pertemuan yang digelar pada Kamis-Jumat (28-29/3/2019) tersebut membahas kata per kata dari perjanjian yang dirancang.
Perwakilan dagang AS, Robert Lighthizer mengatakan bahwa dirinya bertandang ke Beijing untuk memastikan tidak ada perbedaan dalam teks versi bahasa Inggris dan bahasa Mandarin.
Selanjutnya, Wakil Perdana Menteri China, Liu He dijadwalkan untuk terbang ke Washington pekan depan.
Bila damai dagang, yang mana sudah didambakan berbagai pihak, benar-benar terjadi dalam waktu dekat, maka perlambatan ekonomi dunia yang telah melanda dapat dihentikan. Bahkan ekonomi berpotensi melaju kencang kembali.
Atas dasar sejumlah sentimen tersebut, Nico Demus merekomendasikan jual pada hari ini.
(taa/tas)
https://ift.tt/2Vb2kps
April 01, 2019 at 03:55PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Duh, Obligasi Rupiah Diprediksi Melemah Hari Ini!"
Post a Comment